Selasa, 30 Maret 2010

Granat Tinggalan Belanda Diledakkan


Kulonprogo - Penemuan sebuah granat nanas aktif gemparkan warga Pedukuhan Carikan desa Bumirejo kecamatan Lendah, Senin (29/3) sore. Granat itu ditemukan oleh salah seorang warga, Toni Yuanto (23) yang sedang mencangkul di lahan kosong milik Kusmiyati (50) untuk menanam pohon. Granat yang diduga dari peninggalan zaman penjajahan Belanda itu akhirnya diledakkan di lokasi penemuan oleh tim Gegana Polda DIJ, Selasa (30/3) sekitar pukul 12.30.

Penemuan granat itu berawal saat cangkul Toni membentur sesuatu benda keras di dalam tanah. Karena suara benturan cangkul itu seperti beradu dengan benda logam, Toni pun curiga dan menghentikan aktivitasnya.

“Kira-kira di kedalaman sekitar 30 cm, cangkul saya membentur benda keras. Benar kalau suara benturan dengan cangkulnya berbunyi mak “thing. Ternyata benda itu sebuah granat yang sudah berkarat” terang Toni.

.Khawatir granat itu masih berbahaya, Toni kemudian melapor ke Polres Kulonprogo pada Selasa (30/3) sekitar pukul 09.00.

Tak berselang lama, sejumlah petugas dari Polsek Lendah, Polres Kulonprogo dan tim Gegana Polda DIJ langsung merapat ke lokasi. Selain mengamankan granat tersebut, tim Gegana juga melakukan penyisiran di sekitar lokasi menggunakan metal detector. Setelah dipastikan tidak ada granat lain, tim Gegana pun memutuskan untuk meledakkan granat di lokasi.

Kanit Gegana Polda DIJ Iptu Suripto menjelaskan, meski sudah tidak ada pemicunya granat tangan itu masih aktif.

“Sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), granat aktif itu kemudian diledakkan di lokasi penemuan. Granat itu ditaruh dalam lobang sedalam 1 meter dengan dikelilingi debog (pohon pisang, red)” terangnya.
Meski demikian, ledakan granat itu tetap membuat warga sekitar yang menyemut di lokasi merasa ketakutan. “Suaranya menggelegar keras sekali. Bahkan getaran akibat ledakan itu terasa sampai radius 50 meter"

Bocah Bawa Pil Terlarang, Digelandang


Kulonprogo – Dua bocah asal Kasihan Bantul, yakni DR (17) dan ERY (17) ditangkap petugas Sat Narkoba Polres Kulonprogo karena kedapatan membawa 19 butir pil terlarang, Minggu (28/3) petang. Kedua bocah itu diringkus ketika mampir di sebuah warung bakso di Jl. Sentolo Raya.
Saat sedang berpatroli di seputaran wilayah Sentolo, petugas Jajaran Sat Narkoba mendapati gerak-gerik yang mencurigakan dari dua bocah yang tengah berboncengan dengan motor Yamaha Vega. Setelah dikuntit, kedua bocah itu akhirnya berhenti di sebuah warung bakso di Jl. Sentolo Raya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, petugas langsung memeriksa keduanya. Meski sempat berdalih, kedua bocah itu akhirnya tak dapat mengelak saat petugas melakukan penggeledahan. Dari saku jaket DR petugas menemukan 9 butir pil jenis Camlet 2 Mg Alprazolam dalam kemasan tablet warna biru dan 10 butir pil Riklona. Kedua jenis pil itu termasuk dalam psikotropika golongan IV.
Dari hasil temuan itu, kedua bocah tersebut kemudian digelandang ke Mapolres Kulonprogo untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah terus didedes (didesak, red), kedua bocah itu mengaku mendapat obat terlarang itu dari ADJ warga Gamping Sleman.
“Kedua jenis pil itu saya beli dengan harga 220 ribu. 9 butir pil jenis Camlet 2 Mg Alprazolam itu harganya 100 ribu. Sedangkan 10 butir pil Riklona itu harganya 120 ribu” terang DR.
Dari pengakuan itu, petugas langsung melanjutkan pemburuan untuk meringkus ADJ. Hingga Selasa (30/3) siang, kedua bocah tersebut masih dalam penyidikan intensif petugas Sat Narkoba Polres Kulonprogo. (leo)

Kecelakaan Maut, 1 Tewas 2 Kritis


Kulonprogo – Seorang pedagang Koran Yudo Diharjo (29) warga Bantut V Sidorejo Godean Sleman tewas dihajar sebuah sedan yang melanggar lampu merah di simpang lima Karangnongko Wates, Selasa (30/3) sekitar pukul 08.15. Selain menghajar Yudo, sedan nopol AA 8313 CE yang melaju kencang dari arah timur ke barat itu juga menyeruduk sepeda motor Honda GL Pro yang tengah berhenti di lampu merah lawan arah.

Menurut keterangan dari saksi Kuswandi (46), saat lampu merah menyala, Yudo seperti biasanya langsung terjun menawarkan koran pada para pengguna jalan yang tengah berhenti. Tak berselang lama dari arah timur tampak mobil sedan yang dikemudikan Sagiman (60) warga Sentolo Lor Sentolo ngebut dari arah Jogja menuju Purworejo.

“Meski lampu lalu-lintas masih menyala merah, sedan itu tidak mengurangi kecepatannya. Si pengemudinya justru mengambil jalur kiri dan menabrak korban hingga semampir (tersangkut, red) di kabin depan mobil” terang saksi.

Saksi menambahkan, diduga shock melihat korban menelungkup di kap depan mobilnya, si sopir pun kehilangan kendali sehingga terus melaju kencang ke barat dan menabrak motor GL Pro yang berhenti di lampu merah sebelah barat di sisi utara.

“Akibat tabrakan itu motor beserta dua pengendaranya terdorong hingga menabrak papan reklame dan naik ke trotoar. Saat sedan naik ke trotoar, Yudo baru terlempar dari kap depan mobil” terang Iwan 925) saksi lain.

Akibat kecelakaan itu Yudo Diharjo langsung tewas di lokasi. Sementara itu, dua pengendara motor yakni Sutrisman (54) warga Triharjo Wates dan Winarto (48) warga Sogan Wates menderita luka berat dan langsung dilarikan ke UGD RSUD Wates. Sedangkan Sagiman hanya mengalami luka ringan dan dirawat di RS Kharisma Paramedika Wates. (leo)

Senin, 29 Maret 2010

Satu Lagi Penderita DBD Meninggal

Kulonprogo – Demam berdarah dengue (DBD) di Kulonprogo telah memakan dua korban jiwa selama 2010 ini. Setelah Dwi Sumaryanti (25) warga Karangwuluh Temon dilaporkan meninggal pada awal Maret silam, kini jatuh lagi satu korban yakni Edi Tri Susilo (16) warga Dukuh Karangsari Pengasih, Minggu (28/3). Sementara itu data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo menunjukkan bahwa selama 2010 ini tercatat ada 105 penderita DBD.

Edi Tri Susilo menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Wates setelah mendapat perawatan medis selama dua hari. Menurut Kepala bidang pelayanan RSUD Wates dr Witarto, korban sudah masuk kategori parah saat pertama kali dibawa ke RSUD.

“Kondisi korban saat masuk sudah dalam kategori DSS (Dengue Shock Syndrome). Penderita DBD yang dinyatakan dalam kategori DSS sulit untuk disembuhkan” terangnya.

Kepala Dinas Kesehatan dr Lestaryono membenarkan adanya penderita DBD yang meninggal di RSUD Wates. Setelah mendapat laporan, pihak dinkes langsung melakukan penyelidikan epidemologi (PE).

Menurut Lestaryono, kasus DBD puncaknya terjadi pada Desember 2009 silam. Untuk 2010 ini sebenarnya sudah mengalami penurunan. Meski demikian, temuan semacam ini diperkirakan akan terjadi hingga April.

“Sepuluh kecamatan di Kulonprogo dinyatakan sebagai daerah endemis DBD. Kasus terbanyak terjadi di Pengasih dan Kalibawang dengan masing-masing 15 penderita. Disusul kecamatan Girimulyo, Sentolo dan Wates dengan 10 penderita. Sedangkan di Kecamatan Galur dan Kalibawang hanya ada beberapa kasus, karena dua kecamatan ini bukan daerah endemis” jelasnya.

Lestaryono menambahkan, satu upaya pencegahan DBD paling ampuh ialah dengan gerakan PSN (Pemberantasan sarang nyamuk). Sebab, fogging hanya akan memutus mata rantai nyamuk Aides Aigepty, bukan membasmi secara keseluruhan. (leo)

Kepincut Harta Karun, Diperas 35 Juta


Kulonprogo - Aksi penipuan oleh orang yang mengaku paranormal dengan dalih mampu menarik harta karun berupa emas semakin marak sejak kesulitan ekonomi melanda. Anto (57) warga Gamping Sleman adalah salah satu korbannya. Gara-gara tergiur bualan adanya harta karun yang terpendam di pekarangan rumahnya, korban harus terlilit hutang sebesar 35 juta.

Sekitar satu tahun yang lalu korban kedatangan tamu, sebut saja N (60) warga Temon Kulonprogo yang mengaku sebagai paranormal. N mengatakan dibawah rumah korban tersimpan harta karun berupa emas batangan. Namun tidak mudah untuk mengambilnya, sebab dibutuhkan ritual dan korban harus membeli minyak “khusus”. Total biaya untuk mengambil harta karun itu sekitar 35 juta.

Korban yang mengaku tak punya uang kemudian didatangi oleh seseorang lain yang diduga telah bersekongkol dengan N. Orang itu menawarkan pinjaman pada korban untuk mengambil harta karun. Korban akhirnya menyetujui dan bersedia menandatangani surat perjanjian meski belum menerima uang itu.

“Katanya uang itu langsung diserahkan untuk biaya mengambil harta karun. Jadi saya sama sekali belum menerima uangnya. Sampai sekarang harta karun itu tak jelas juntrungannya. Namun pada Sabtu (27/3) malam kemarin, dating lima orang menagih hutang 35 juta itu. Kalu tidak segera dibayar, rumah beserta perabotan saya akan disita” terang korban didampingi istrinya dan petugas dari Polres Sleman saat melapor ke Polres Kulonprogo.

Oleh pihak Polres Kulonprogo, korban disarankan untuk melapor langsung ke Polsek Temon. Hingga berita ini diturunkan, kasus penipuan sekaligus pemerasan ini dalam penanganan intensif petugas Polsek Temon. (leo)

Minggu, 28 Maret 2010

Gara-Gara Kambing, Dua Pengendara Motor Tewas


Kulonprogo – Kecelakaan maut kembali terjadi di Jl. Yogya-Purworejo Km. 35,5, atau tepatnya di wilayah Desa Sogan Wates, Kamis (25/3) sekitar pukul 16.30. Dua pengendara sepeda motor yang berboncengan menemui ajalnya setelah ditabrak sebuah mobil Suzuki APV. Seekor kambing dituding jadi biang keladinya. Pasalnya, mobil Suzuki APV tersebut menabrak kedua korban setelah banting stir menghindari mobil pick up di depannya yang berhenti mendadak. Mobil pick up yang belum diketahui identitasnya itu mengerem tiba-tiba karena ada seekor kambing yang nyelonong masuk ke badan jalan saat arus lalu lintas tengah padat.
Dua korban tewas yaitu Suratno (36) warga Pogung Lor, Sinduadi, Mlati Sleman dan Rahmat Wisnu Aji (39) warga Perum Sedayu Permai Argorejo Sedayu Bantul.
Menurut keterangan dari salah seorang saksi, sebuah mobil pick up tidak diketahui identitasnya yang melaju dari arah Purworejo tiba-tiba mengerem mendadak saat ada seekor kambing melintas. Pada saat yang bersamaan, dari arah belakangnya melaju kencang sebuah mobil Suzuki APV yang dikemudikan Poniman (49) warga Gang Lawet Kebumen.
Kaget karena mobil di depannya berhenti mendadak, Poniman pun mencoba menghindar dengan membanting stir ke kanan. Sementara itu, dari arah berlawanan melaju sepeda motor Honda yang dikendarai kedua korban. Tabrakan pun tak terelakkan. Akibat tabrakan dari dua arah itu, si pembonceng motor, Rahmat Wisnu Aji tewas seketika di lokasi. Sedangkan si pengendara motor, Suratno tewas saat dalam perjalanan dibawa ke RSUD Wates.
Hingga berita ini diturunkan, mobil Suzuki APV tersebut masih disita di halaman Mapolres Kulonprogo sebagai barang bukti. Sedangkan mobil pick up yang belum diketahui identitasnya itu berhasil kabur. (leo)

Chikungunya Menebar Teror Di Perbukitan Menoreh

Kulonprogo – Setelah mewabah di Desa Hargorejo, penyakit chikungunya kini merambah tiga desa lain di Kecamatan Kokap dalam sepekan terakhir. Tiga desa itu adalah Pedukuhan Tapen Desa Hargomulyo, Pedukuhan Sidowayah Desa Hargowilis dan di Pedukuhan Menggung Desa Hargotirto. Untuk itu, Camat Kokap Santosa mendesak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo untuk segera melakukan pencegahan sebelum jumlah korbannya semakin bertambah.

“Dari laporan yang masuk setiap minggunya, selalu ada penderita chikungunya baru dengan wilayah yang semakin luas. Merebaknya chikungunya jelas membuat warga resah” tegas Santosa.

Sementara itu di wilayah Pedukuhan Talunombo Sidomulyo Pengasih dilaporkan ada sekitar 30 penderita chikungunya. Penyakit yang menular secara cepat dan disertai kejanggalan ini juga menyerang sejumlah warga yang tinggal di pedukuhan Kutogiri Sidomulyo Pengasih.

“Motifnya hampir sama dengan yang di Talunombo, para penderita mengeluhkan nyeri di persendian dan ruas jarinya sulit digerakkan” terang Camat Pengasih Sri Harmintarti.

Meski demikian, data di Dinas Kesehatan Kulonprogo justru menunjukkan kalau jumlah penderita chikungunya mengalami penurunan. Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo dr. Lestaryono mengatakan ada 67 pedukuhan dari 23 desa dan 5 kecamatan yang terjangkit penyakit ini.

“Chikungunya mewabah sejak minggu ketiga di 2010 dengan tiga penderita. Puncaknya terjadi pada minggu kedelapan dengan 167 penderita. Sedangkan pada minggu kesembilan menurun jadi 117 penderita. Kejadian tertinggi di Kokap dengan 246 kasus dan disusul Girimulyo dengan 148 kasus” paparnya.

Lestaryono menambahkan, penderita chikungunya sebagian besar merupakan warga yang tinggal di wilayah perbukitan, seperti di Kecamatan Kokap, Girimulyo, Pengasih, Kalibawang dan Samigaluh

Disinggung tentang beberapa desa di Kokap dan Pengasih yang baru terserang, Lestaryono tidak menyangkal.

“Bisa saja laporan di desa itu belum masuk. Upaya pencegahannya bisa dengan mengaktifkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)” pungkasnya. (leo)

Keluarga Korban Minta Agus Dihukum Setimpal

Kulonprogo – Pasca digelarnya rekonstruksi (reka ulang, red) pembunuhan siswi SMA N I Lendah di lahan cemara udang pesisir Pantai Pleret wilayah Pedukuhan III Pleret Panjatan pada Jumat (26/3) kemarin, pihak keluarga korban melayangkan surat ke Media Center Kulonprogo. Surat itu berisikan pernyataan sekaligus permohonan kepada penegak hukum agar menjatuhkan vonis seberat-beratnya terhadap Agus Suwito (17), tersangka pembunuhan.

Kasus kematian Fatmah (16) siswi kelas X SMA N I Lendah masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan teman sekolah korban. Selain itu, tragisnya kematian korban yang dibunuh pacarnya dengan jalan dicekik setelah bersetubuh sebanyak dua kali itu menimbulkan trauma bagi warga Kecamatan Galur, khususnya yang memiliki anak gadis yang masih sekolah.

Ayah korban, Panut (45) sangat berharap kepada pihak yang berwajib, yakni Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan Negeri Wates agar kasus tindakan asusila disertai pembunuhan sadis yang menimpa putri semata wayangnya itu dapat dituntaskan dengan seadil-adilnya.

“Kami tidak yakin kalau persetubuhan sebanyak dua kali itu atas inisiatif Fatmah. Fatmah itu anak yang polos dan lugu. Jadi, kuat dugaan kalau Fatmah telah diperkosa Agus. Namun kita serahkan semua keputusan pada pihak yang berwenang. Kami hanya berharap agar Agus dihukum setimpal” terang Panut.

Pernyataan Panut ini didukung para tokoh masyarakat Desa Pandowan dan juga Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) Kecamatan Galur. Ditambahkan, masyarakat Desa Pandowan Galur mengucapkan terima kasih pada Polres Kulonprogo yang bereaksi cepat menangani kasus pembunuhan pada Senin (22/3) silam. Sebagaiman diberitakan sebelumnya, petugas berhasil meringkus Agus hanya dalam selang waktu enam jam setelah penemuan jasad korban. (leo)

Sabtu, 27 Maret 2010

Stop Kriminalisasi Pers!!!

Tak Ada Berita Seharga Nyawa

Satpol PP Galakkan Operasi Tempat Rawan Maksiat

Kulonprogo – Sejumlah obyek wisata maupun tempat sepi yang jauh dari aktifitas warga di Kulonprogo berpotensi menjadi lahan ajang praktik maksiat. Pasalnya, belum genap sepekan kasus pembunuhan pelajar SMA Lendah di pesisir Pantai Pleret, warga Kulonprogo kembali digegerkan dengan kasus beredarnya video mesum dengan seting Waduk Sermo.
Dua peristiwa menghebohkan yang terjadi dalam sepekan ini dirasa cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, baik pelaku maupun korbannya terhitung masih remaja. Menanggapi hal tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kulonprogo juga mengaku prihatin. Padahal pihaknya selama ini telah sering menggelar razia sekaligus menjaring pasangan-pasangan yang kedapatan tengah bermaksiat di sejumlah titik terbuka di wilayah Kulonprogo.
Salah satu anggota satpol PP Kulonprogo, Hendro.W (30) mengatakan dari hasil razia itu beberapa pasangan yang terjaring itu usianya beragam. tak hanya dari kalangan muda tapi juga kalangan tua atau sudah berkeluarga.
“Dalam semalam kita pernah menjaring pelaku mesum hingga 8 pasangan mesum di tempat terbuka. Mereka ada yang dari kalangan muda atau pelajar sekolah, setengah baya, dan para penglaju (rantauan) dari daerah luar Kulonprogo” tegasnya.
Hendro menambahkan sejumlah titik terbuka yang kerap dijadikan pasangan-pasangan mesum itu melakukan praktiknya diantaranya kawasan Waduk Sermo, Ngisor Cikal (jalan kereta api) di daerah Karangsari atau yang biasa disebut warga Sorcik, bawah kawasan Gunung Kucir diperbatasan Samigaluh dan Kalibawang, juga di bawah jembatan Srandakan Brosot Galur.
Ditambahkan Hendro, untuk makin memberantas praktik maksiat ditempat terbuka ini Satpol PP akan mengintensifkan operasi di sejumlah titik rawan mesum yang sering dikeluhkan warga. (leo)

Video Mesum Pelajar Bikin Warga Gempar


Kulonprogo – Beredarnya sebuah video mesum yang mempertontonkan sepasang remaja berhubungan sex di sekitar Waduk Sermo Kokap gemparkan warga Kulonprogo, Jumat (26/3). Menurut keterangan dari beberapa warga yang tak bersedia disebutkan namanya, video berdurasi sekitar satu menit itu didapat dari seorang pemancing di Waduk Sermo belum lama ini.

Salah satu warga di sekitar Waduk Sermo Kecamatan Kokap, Yogi (44) mengatakan video itu diperoleh pemancing yang tak sengaja mengetahui sepasang remaja tengah asik masyuk di sekitar Waduk Sermo.

“Menurut kabar yang beredar, saat hendak menuju ke tepian Waduk Sermo, pemancing itu mendengar ada suara mencurigakan dari sebuah bangunan bekas warung yang sudah tidak dipakai. Setelah diintip, ternyata ada sepasang remaja tengah berhubungan sex dengan gaya doggy style. Kebetulan dia bawa handphone berkamera, jadilah video mesum itu” terang Yogi.

Dari pantauan MD, rekaman tersebut dengan jelas mempertontonkan dua remaja belasan tahun tengah bersetubuh dengan gaya seperti dalam film-film porno. Si “aktor” laki-laki yang berambut pendek dan mengenakan jaket abu-abu dengan celana jeans biru itu “menghunus” pasangannya dari arah belakang. Sementara itu, pasangannya yang berambut sebahu dan berkaos putih tampak pasrah saja dalam posisi nungging dengan celana jeans birunya dipelorotkan sedikit.

Camat Kokap, Santoso mengaku hingga kini belum mendapat laporan resmi terkait beredarnya video mesum itu. Begitu juga dengan Kastreskrim Polres Kulonprogo, AKP Suhadi. Saat dihubungi, Suhadi belum bersedia berkomentar. Pasalnya, ia mengaku justru baru mendengar kabar peredaran video mesum tersebut saat dikonfirmasi wartawan. (leo)

Rekonstruksi Pembunuhan Siswi SMA Digelar




Kulonprogo – Polres Kulonprogo menggelar rekonstruksi (reka ulang, red) pembunuhan siswi SMA N I Lendah, Fatmah (16) warga Dukuh Diren Pandowan Galur, Jumat (26/3) sekitar pukul 09.00. Puluhan warga tampak antusias menyaksikan jalannya proses rekonstruksi yang digelar di lahan cemara udang pesisir Pantai Pleret wilayah Pedukuhan III Pleret Panjatan. Meski demikian, rekonstruksi yang berlangsung sekitar satu jam itu berjalan lancar di bawah pengawalan ketat petugas.

Hasil pantauan MD menyebutkan, dalam rekonstruksi itu Agus membeberkan kronologi peristiwa pembunuhannya tanpa berbelit-belit. Belasan adegan rekonstruksi menggambarkan Agus membunuh korban setelah menyetubuhinya sebanyak dua kali. Setelah bersetubuh, korban dan tersangka terlibat adu mulut hingga korban sempat menampar tersangka. Tersangka pun balas memukul wajah korban dengan tangan kiri dan mendorong korban hingga jatuh tengkurap. Selanjutnya tersangka mengambil ikat pinggang milik korban untuk mencekiknya hingga tewas.

Heru (44) tetangga tersangka yang turut menyaksikan jalannya rekonstruksi mengaku terkejut melihat serangkaian adegan itu.

“Padahal Agus itu terbilang anak yang polos dan lugu di kampung. Saya sungguh tak menyangka dia tega berbuat sesadis itu” terangnya.

Seusai reka ulang Kapolres Kulonprogo AKBP Darmanto menuturkan peristiwa ini merupakan kasus pembunuhan pertama di tahun 2010.

“Untuk mengantisipasi tindak kejahatan yang melibatkan remaja, kami akan bekerja sama dengan pihak sekolah. Selain itu, patroli di lokasi wisata dan sepanjang pesisir pantai selatan Kulonprogo yang jauh dari keramaian akan ditingkatkan” tegas Kapolres.

Rekonstruksi kemudian berlanjut ke pantai Bugel. Sebab, pelaku semula mengaku membuang handphone milik korban ke laut. Selain petugas, reka ulang ini juga disaksikan oleh kejaksaan dan pengacara yang ditunjuk untuk mendampingi tersangka. (leo)

Kamis, 25 Maret 2010

Inspirasi di Setiap Hisapannya


I smoke my cigarette with style (Nightrain - Guns N Roses)

PPLP dan LBH Yogyakarta Kecewa Dengan Sikap DPRD Kulonprogo

Kulonprogo - Pasca menggelar audiensi dengan DPRD, PPLP bersama LBH Yogyakarta langsung menggelar konferensi pers di Media Center Kulonprogo, Kamis (25/3). Mereka mengaku kecewa dengan sikap anggota DPRD yang tidak pernah mempedulikan aspirasi dari masyarakat.

“Kami kecewa sikap DPRD yang tetap memberikan peluang untuk pertambangan, padahal aspirasi sudah kita sampaikan semenjak empat tahun lalu. Seolah mereka menganggap aspirasi dan keinginan masyarakat sekedar angin lalu saja,” keluh Wakil Ketua PPLP, Sutar (40) pada sejumlah wartawan yang hadir saat itu.

Kepala Divisi ekonomi Sosial dan budaya (Ekososbud) LBH Yogjakarta Syamsudin Nurseha mengatakan pihaknya akan mengirimkan surat kepada Komnas HAM terkait dengan sikap DPRD ini. Tidak akomodatifnya peran DPRD terhadap aspirasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM.

LBH juga melihat dasar hukum perubahan peruntukan pesisir tidak mengakomodir HAM dan lingkungan hidup. Hal itu terbukti dengan tidak masuknya UU nomor 39/1997 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No 11/2005 tentang hak ekonomis sosial dan budaya masyarakat. Ironisnya lagi, UU lingkungan hidup yang masuk adalah UU 30/1999. Padahal UU ini sudah direvisi dengan UU 32/2009 tentang perlindungan lingkungan hidup.

Kekecewaan serupa juga disampaikan Sumanto (37), wakil dari PPLP. Dia mengaku sangat kecewa dengan sikap DPRD tidak mengakomodir aspirasi masyarakat. Bahkan menurut Sumanto apa yang dilakukan DPRD tidak pernah berorientasi kepada warga kecil.

“Yang mereka pikirkan hanyalah keuntungan semata tanpa melihat dampak dan ancaman bagi masyarakat kecil” terangnya. (leo)

Penolakan Tambang Besi Tak Ada Matinya


PPLP Minta RTRW Tidak Akomodir Pertambangan

Kulonprogo - Warga pesisir yang tergabung dalam Paguyuban petani Lahan pantai (PPLP) kembali menggeruduk Gedung Dewan, Kamis (25/3) siang. Kedatangan sekitar 20 warga yang didampingi LBH yogyakarta selaku penasehat hukum PPLP ini meminta agar perubahan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) tidak mengakomodir masalah pertambangan.
Informasi MD menyebutkan, aspirasi warga yang terus menyuarakan penolakan terhadap penambangan pasir besi selama hampir empat tahun tak pernah didengar oleh pemerintah ataupun DPRD. Hal itu terbukti saat melakukan audiensi di DPRD provinsi, perda RTRW DIY sudah diubah. Pada salah satu pasalnya disebutkan kawasan pesisir untuk pertambangan.
Ditengarai terdapat kejanggalan dalam perubahan itu. Pasalnya, DPRD Provinsi belum pernah memberikan persetujuan, dan hanya tertera tandatangan gubernur. Hal inilah yang membuat warga merasa prihatin karena tidak mengikuti aturan normatifnya. Terlebih lagi, warga tidak pernah dilibatkan dalam perubahan peruntukan pesisir.
“Kami yang akan menjadi korban, tetapi justru tidak pernah dilibatkan,” jelas Wakil Ketua PPLP, Sutar (40) saat beraudiensi dengan DPRD Kulonprogo.
Warga yang lain, Istiyanti (35), mengatakan kedatangan mereka untuk menagih janji atas ucapan DPRD beberapa waktu yang lalu. Saat itu dijelaskan jika DPRD tidak akan melakukan perubahan atas perda nomor 1/2003 tentang RTRW kabupaten untuk kawasan pertambangan.
Untuk itu, DPRD harus komitmen dengan aspirasi dan apa yang diucapkan. Apalagi DPRD provinsi, telah siap untuk mengajukan revisi (peninjauan kembali) atas perda nomor 2/2010 tentang RTRW provinsi DIY.
“DPRD kabupaten harus ikut memperjuangkan nasib petani pesisir, dengan tidak memberikan persetujuan pada RTRW,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Divisi ekonomi Sosial dan budaya (Ekososbud) LBH Yogjakarta Syamsudin Nurseha mengatakan tujuan warga pesisir ke DPRD tetap sama, yakni menolak rencana penambangan pasir besi.
“Penambangan pasir besi berpotensi pada pelanggaran HAM! Sedangkan untuk melakukan perubahan perda, masyarakat setempat harus diikutsertakan secara aktif” tegasnya. (leo)

Parkir Digarasi, Suzuki Carry Dicuri


Kulonprogo – Suroto (35) warga Palihan I RT 4 RW 2 Palihan Temon sungguh apes. Pasalnya, mobil Suzuki Carry ST 100 nopol B 8494 YK miliknya raib digondol maling saat diparkir di garasi samping rumahnya, Kamis (25/3) dinihari. Akibatnya, korban tekor sekitar 34 juta.

Informasi MD menyebutkan, hilangnya mobil warna hijau metalik itu pertama kali diketahui istri korban, Sujiasih (33) sekitar pukul 05.30. Sujiasih yang pagi itu hendak mematikan lampu teras mendapati garasi di samping rumahnya telah kosong melompong.

Mengetahui mobilnya digelondor maling, Sujiasih lalu mengabarkan pada suaminya. Tanpa membuang waktu, Suroto langsung melapor ke Polsek Temon.

Tak berselang lama, petugas dari Polsek Temon yang disusul regu SPK Polres Kulonprogo segera merapat ke lokasi.

Kepada petugas, Sujiasih menuturkan bahwa tengah malam sekitar pukul 00.30, ia masih melihat mobilnya berada di garasi dalam keadaan pintu terkunci.

“Sekitar pukul 00.30 saya mengantar anak untuk buang air besar ke kamar mandi. Saat itu saya masih melihat mobil ada di garasi. Tak disangka, pagi harinya mobil saya sudah hilang tanpa bekas” terang Sujiasih sedih.

Kapolsek Temon, AKP Sudarsono membenarkan adanya laporan pencurian mobil yang terjadi di wilayah hukumnya.

“Petugas kami masih terus melakukan penyelidikan secara intensif untuk mengusut kasus pencurian mobil ini” tegas Kapolsek. (leo)

Protes Kandang Ayam, Warga Geruduk KLH

Kulonprogo – Bau tak sedap dan banyaknya lalat yang ditimbulkan oleh keberadaan kandang ayam di Dusun II Pleret Panjatan Kabupaten Kulonprogo membuat warga sekitar geram. Untuk itu warga kemudian menggeruduk Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo untuk mengutarakan keluhannya, Rabu (24/3).
Informasi MD menyebutkan, kepada Kepala seksi pengawasan dan pengendalian KLH Kulonprogo Didik Wijanarto, warga mengeluhkan soal bau menyengat dan banyaknya lalat akibat para pengelola peternakan kurang maksimal dalam memperhatikan kebersihan kandang sekaligus dalam pengolahan limbahnya. Jika masalah ini tidak segera ditangani dengan serius, warga khawatir akan menimbulkan berbagai macam penyakit.
Perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dusun II Pleret Kulonprogo, Suyanto (45) menuturkan pihaknya beserta warga selama ini sudah berkali-kali menyampaikan keluhan terkait dengan masalah tersebut.
“Masyarakat sudah menyuarakan agar para pengelola peternakan memperhatikan kandang dan limbahnya yang dijadikan pupuk kandang. Sejatinya warga tidak mempemasalahkan keberadaan peternakan jika para pengelola peternakan dapat meminimalisir bau yang menyengat dan menimbulkan banyaknya lalat” terangnya.
Sementara itu Kepala Desa Pleret Panjatan Kulonprogo sekaligus pengelola peternakan ayam pedaging di Dusun II, Saladi pada kesempatan itu mengatakan, pihaknya beserta peternak-peternak lain sudah mengupayakan untuk membenahi kandang sesuai dengan rekomendasi dari KLH.
Saladi menambahkan, yang perlu ditegur seharusnya para peternakan puyuh. Sebab, bau yang ditimbulkan dari kandang ternak puyuh jauh lebih menyengat daripada kandang ternak ayam pedaging
“Saya cukup menyesal kalau KLH hanya mengundang peternak ayam pedaging saja. Sebab, peternak puyuh dan petelur jelas terkait dengan permasalahan tersebut”, pungkasnya. (leo)

Rabu, 24 Maret 2010

Puskesmas Kalibawang Dibobol Maling

Kulonprogo – Maling spesialis komputer kembali beraksi di wilayah hukum Polres Kulonprogo. Kali ini Puskesmas Kecamatan Kalibawang yang menjadi sasarannya. Satu unit komputer merk LENOVO dan kabel monitor di kantor pendaftaran Puskesmas Kalibawang amblas disikat maling pada Selasa (23/3) dinihari. Akibatnya, pihak Puskesmas merugi sekitar 5 juta.

Informasi MD menyebutkan, peristiwa hilangnya satu unit komputer itu pertama diketahui oleh karyawan Puskesmas, Sumiyanto (40) warga Kedondong I Banjararum Kalibawang sekitar pukul 07.15. Saat hendak menghidupkan komputer di meja kerjanya, Sumiyanto yang bekerja sebagai petugas pendaftaran itu terkejut mendapati CPU komputernya hilang.

Setelah dicek, Sumiyanto menemukan bekas potongan pada kabel monitor. Mengetahui hal tersebut, Sumiyanto bergegas melapor pada atasannya. Laporan Sumiyanto kemudian diteruskan ke Polsek Kalibawang dan Polres Kulonprogo.

Tak berselang lama, petugas gabungan Polsek Kalibawang dan Polres Kulonprogo segera merapat ke lokasi untuk melakukan olah TKP sekaligus mencatat keterangan dari para saksi.

Diduga maling beraksi dengan mencongkel pintu masuk Puskesmas menggunakan linggis. Sebab dari hasil pemeriksaan, petugas menemukan bekas congkelan pada pintu masuk.

Penjaga malam Puskesmas, Usman Sholeh (22) warga Potronalan Banjaroyo Kalibawang menuturkan saat kejadian ia sedang tidak masuk kerja. Sehingga maling dengan leluasa beraksi di Puskesmas yang malam itu dalam kondisi tanpa penjagaan.

Hingga Rabu (24/3), petugas Polsek Kalibawang maupun Polres Kulonprogo masih terus melakukan penyelidikan intensif untuk mengusut pelaku pencurian tersebut. (leo)

Kecelakaan Beruntun, Tiga Luka Parah

Kulonprogo – Kecelakaan beruntun yang melibatkan satu truk dan dua sepeda motor terjadi di Jl. Pahlawan Cangkring Bendungan Wates, Senin (22/3) sekitar pukul 15.30. Meski tidak memakan korban jiwa, kecelakaan tersebut mengakibatkan tiga dari empat korbannya mengalami cidera parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Informasi MD menyebutkan, kecelakaan beruntun itu bermula saat truk nopol AB 9045 AC yang dikemudikan Sumadi (30) warga Kalipetir RT 31 RW 16 Margosari Pengasih yang melaju dari arah utara ke selatan hendak mendahului sepeda motor Yamaha Vega R merah nopol AB 6863 EC.

Diduga si sopir mengambil jarak terlalu minim saat menyalip, sehingga menyerempet sepeda motor yang dikendarai berboncengan itu. Akibatnya, dua pengendara motor, yakni Rofin Lestari (30) dan Marini (35) warga Serangrejo RT 12 RW 6 Kulwaru Wates terpelanting.

Mengetahui truknya menyenggol pengendara motor di sisi kirinya, si sopir langsung banting stir ke kanan. Pada saat yang bersamaan, di sebelah kanan truk melaju motor Honda Supra X 125 R yang hendak menyalip truk. Akibatnya, Honda Supra X 125 R yang dikendarai Wakijan (24) berboncengan dengan Devi Yulianti (12) warga Tanjung Gunung RT 22 RW 8 Tanjungharjo Nanggulan itu terpental dan jatuh.

Warga sekitar yang mengetahui kejadian itu langsung menyemut ke lokasi untuk memberikan pertolongan pada korban sekaligus melapor ke Polres Kulonprogo. Tak berselang lama, petugas Satlantas Polres Kulonprogo segera merapat untuk membawa korban ke RS Citra Paramedika Cangkring Wates. Hingga Selasa (23/3), si pengemudi truk masih dalam pemeriksaan intensif petugas. (leo)

Pelajar SMK Kokap Mengundurkan Diri


Kulonprogo – Sebanyak 36 orang siswa SMK Negeri Kokap mengundurkan diri dari kegiatan pendidikan belajar mengajar. Ini merupakan buntut kekecewaan siswa terhadap minimnya fasilitas yang ada, dan tidak adanya kepedulian dari pihak-pihak terkait.

Pengunduran diri ini ditandatangani 36 siswa tertanggal 22 Maret kemarin. Surat ini ditujukan kepada Kepala Dinas pendidikan Kulonprogo, dengan alasan dinas tidak memberikan fasilitas belajar yang layak. Gedung saja dipinjami oleh SMK Muhammadiyah 1 Kokap.

Informasi MD menyebutkan, para siswa kecewa dengan sikap DPRD yang tidak memberikan tanggapan atas pengaduan yang telah disampaikan. Pemda juga dituding tidak konsekuen terhadap janji saat audiensi beberapa waktu lalu. Dana belajar mengajar justru dihimpun dari patungan beasiswa pelajar.

Para siswa juga menyampaikan permintaan maaf kepada Camat Kokap, para guru dan karyawan serta pihak-pihak terkait lainnya yang selama ini sudah membantu sekolah mereka.

“Sebenarnya kami cukup senang dengan jurusan kriya di sekolah ini,” jelas Dwi Sasongko salah satu siswa. Para siswa sendiri sempat membuat pameran lukisan karya siswa untuk menujukkan eksistensi mereka kendati sarana minim.

Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah SMK I Kokap Suyatno ketika dikonfirmasi masalah ini mengaku tidak tahu menahu. Sekolah belum menerima surat pengunduran dari siswa. Selama ini proses belajar mengajar berjalan cukup baik. Bahkan pada akhir pekan kemarin, tidak ada tanda-tanda apapun siswa akan membuat pengunduran diri.

“Saya malah tidak tahu karena tidak dapat surat,” kilahnya.

Menurutnya, tidak adanya proses belajar mengajar diakibatkan sebagian guru tengah menjadi pengawas ujian nasional. Para siswa justru diberikan tugas mengurus administrasi pendidikan di setiap desa, untuk memperoleh beasiswa pendidikan. Selama itu pula, siswa diberikan Pekerjaan rumah.

Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo Sri Mulatsih Damar Rahayu mengaku belum menerima surat dari siswa-siswa SMK I Kokap Jurusan Kriya. Dirinya menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh sejumlah siswa ini.

Menurutnya, dinas tengah mencoba mengupayakan proses dan penyediaan fasilitas pendidikan dan gedung sekolah. Melalui APBD kabupaten 2010 ini, akan dikucurkan dana Rp 101,618 juta untuk mendukung operasional sekolah. Sedangkan untuk pembangunan fisik dialokasikan Rp 153,682 juta. Dinas juga mengajukan usulan satu paket unit pendirian gedung sekolah ke pemerintah pusat sebesar Rp 700 juta.

“Pencairan dana sedang proses, terus terang saya kecewa,” jelas Sri Mulatsih. Dinas, kata dia, secepatnya akan melakukan koordinasi dengan sekolah dan komite. Jangan sampai rencana mendirikan sekolah jurusan kriya batal. Yang paling penting, jangan sampai ada anak Kulonprogo putus sekolah. (leo)

Pelaku Curanmor Gagal Ikut UN


Kulonprogo - Seorang siswa SMK N 2 Pengasih, Supri Wahyu Purwoko (17) warga Plumbon RT 8 RW 4 Temon yang meringkuk di Rumah Tahanan (Rutan) kelas II B Wates gagal mengikuti hari pertama Ujian Nasional (UN), Senin (22/3). Supri bisa mengikuti UN jika hadir ke sekolah dengan membawa surat pengantar dari Pengadilan Negeri Wates sekaligus pengawalan ketat dari pihak kepolisian.
Informasi MD menyebutkan, Supri adalah satu dari tiga sekawanan curanmor cilik yang diringkus Jajaran Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Kulonprogo pada awal Februari silam. Sementara menunggu persidangan kasusnya digelar Senin (29/3) pekan depan, siswa kelas XII jurusan Teknik Mekanik Otomotif itu mempersiapkan UN di balik jeruji besi.
“Sesuai dengan prosedur sekolah, siswa yang berkelakuan tidak baik tidak diperkenankan mengikuti ujian. Kalau siswa yang bersangkutan di dalam rutan, berarti kelakuannya tidak baik. Untuk itu kami sudah mengirimkan surat ke Rutan Wates agar Supri bisa diantar ke sekolah untuk mengikuti UN. Jika Supri bisa hadir ke sekolah, kami akan menerimanya seperti siswa pada umumnya sehingga berhak mengerjakan soal UN” terang Kepala Sekolah SMK N II Pengasih, Drs. Syamsul Bachri Djumasa saat ditemui di kantornya.
Ditemui terpisah, Kepala Rutan Wates, Hj. Siti Istiqaroh menerangkan Supri bisa diantar ke sekolah jika sudah ada surat pengantar dari Pengadilan Negeri Wates. Sebab, Supri saat ini statusnya masih sebagai tahanan titipan.
“Kami akan mengupayakan surat dari Pengadilan Negeri bisa segera turun agar Supri bisa mengikuti ujian tepat pada waktunya” tegasnya.
Jika surat dari PN Wates tidak segera turun, Supri dipastikan harus mengikuti UN susulan. Pasalnya UN akan berakhir pada Kamis (25/3). Menanggapi hal tersebut, Supri yang bercita-cita akan menjadi bengkel kelak setelah lulus sekolah dan bebas dari masa tahanan mengaku sangat kecewa. (leo)

Si Tungkuk Akhirnya Dibekuk


Kulonprogo – Pelaku penggelapan dua sepeda motor di kolam pemancingan “Klamat Lele” Karangsari Pengasih pada Selasa (19/2) silam, Tungkuk (47) warga Karangsari RT 21 RW 9 Pengasih akhirnya berhasil diringkus petugas Jajaran Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) Polres Kulonprogo pada Jumat (19/3). Hingga Senin (22/3), petugas masih terus mengembangkan penyidikan dengan memeriksa beberapa saksi yang dekat dengan tersangka.
Informasi MD menyebutkan, dengan modus pura-pura meminjam motor untuk mengambil uang di Bantar Sentolo, dalam satu hari Tungkuk berhasil menggelapkan Yamaha Mio nopol AB 5152 UF milik Eko Nugroho (30) dan Suzuki Smash nopol AB 2861 KC milik Aris Satmaji (35). Dua korban yang juga warga Karangsari Pengasih itu tak lain adalah teman dekat tersangka.
Salah satu korban, Aris Satmaji kepada petugas menuturkan saat sedang memancing di kolam pemancingan sekitar pukul 10.00 dirinya didatangi Tungkuk yang meminjam motornya dengan alasan untuk mengambil uang di Bantar Sentolo.
“Katanya cuma sebentar, namun setelah saya tunggu hingga pukul 23.30 motor saya tak kunjung dikembalikan” terang Aris.
Kasatreskrim Polres Kulonprogo, AKP Suhadi didampingi Kaur Bin Ops Ipda Ambuka Yudha menerangkan bahwa penangkapan berawal saat tersangka kebetulan jalan kaki melintas di depan Mapolres Kulonprogo dengan seorang temannya.
“Tersangka jalan kaki dengan temannya untuk membeli bensin saat motor yang mereka tumpangi macet tak jauh dari Mapolres. Saat itulah, petugas langsung menangkap dan menggelandang tersangka ke Mapolres” terang Kasatreskrim.
Suhadi menambahkan, dari hasil pemeriksaan tersangka mengaku menggadaikan dua sepeda motor milik korban di wilayah Sentolo seharga tiga juta rupiah. Selain untuk berfoya-foya, uang haram tersebut juga dihabiskan untuk nglonthe (royal, red).
Karena perbuatannya, tersangka bakal dijerat pasal 372 KUHP tentang penggelapan dengan ancaman jeratan hukuman tujuh tahun penjara. (leo)

Toserba “Beji” Digarong Sekawanan ABG


Kulonprogo – Toserba Beji yang berada di Jl. Tentara Pelajar, Beji, Wates dibobol sekawanan pencuri, Rabu (24/3) pagi. Para pencuri yang masuk dengan menjebol atap itu diperkirakan masih ABG (Anak Baru Gede, red). Pasalnya, selain menguras uang tunai 1,1 juta dan rokok berbagai merk, mereka juga mengambil parfum, topi, dan minum sekaleng coca-cola yang sisanya ditinggal begitu saja.

Selain itu, ukuran jejak tapak kaki yang membekas di tembok toserba juga menunjukkan kalau si pemiliknya masih remaja. Akibat pencurian itu, si pemilik toserba, Sudaldini (54) warga Driyan RT 57 RW 26 Wates merugi sekitar 2 juta.

Informasi METEOR menyebutkan, sekawanan pencuri masuk ke dalam toserba dengan membobol atap. Diduga para pencuri itu sudah hapal dengan denah ruangan toserba. Sebab, mereka membobol atap tepat di atas ruang administrasi.

“Selain mencongkel laci kasir dan menguras uang sejumlah 700 ribu, mereka juga membobol kotak infaq yang berisi uang 400 ribu dan menggondol 8 slop rokok berbagai merk” terang korban.

Peristiwa pembobolan diketahui sekitar pukul 07.00 oleh karyawan toserba, Sunar Wijaya (30). Diduga sekawanan pencuri beraksi saat menjelang Subuh. Sebab, penjaga malam, Kariman (35) mengaku kondisi toserba masih aman sampai ia pulang sekitar pukul 04.00.

Mendapat kabar toserbanya dibobol maling, korban langsung melapor ke Polres Kulonprogo. Tak berselang lama, petugas Polres Kulonprogo yang dipimpin KA SPK II, Ipda Gunarto langsung merapat ke lokasi untuk melakukan olah TKP.

Peristiwa pembobolan smacam ini sudah dialami korban sebanyak dua kali. Sebelumnya, Rabu (17/2) silam, toko kelontong “Murni” milik korban yang berada di Jl. Moh Dawam, RT 57 RW 26 Driyan Wates juga dibobol sekawanan perampok. Kerugian yang diderita korban saat itu mencapai 33 juta. Hingga berita ini diturunkan, kasus pembobolan toko “Murni” pada pertengahan Februari itu belum terungkap siapa pelakunya. (leo)

Rekonstruksi Pembunuhan Fatma Batal Digelar


Kulonprogo – Merebaknya kabar rekonstrusi (reka ulang, red) pembunuhan siswi SMA N I Lendah akan digelar pada Rabu (24/3) ditepis oleh Kasatreskrim Polres Kulonprogo, AKP Suhadi. Pasalnya, petugas masih intensif melakukan penyidikan terhadap pelaku sekaligus mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi.
“Rencananya rekonstruksi akan digelar pekan ini jika berkas-berkasnya sudah lengkap” kata AKP Suhadi mewakili Kapolres Kulonprogo, AKBP Darmanto.
Suhadi menambahkan, jasad korban sudah disemayamkan di pemakaman dekat rumahnya setelah selesai diotopsi di RSUP DR Sardjito Yogyakarata pada Selasa (23/3) sekitar pukul 17.00.
Informasi MD menyebutkan, siswi SMA N I Lendah, Fatma (16) warga Dukuh Diren Pandowan Galur tewas setelah dicekik pacarnya, Agus Suwito (17) warga Dusun Patuk RT 48 RW 24 Tirtorahayu Galur, Senin (22/3) sore.
Sejak ditangkap pada Senin (22/3) malam, Agus kini mendekam di tahanan sementara Mapolres Kulonprogo. Dari raut mukanya, Agus tampak tak menunjukkan rasa menyesal telah membunuh korban. Bahkan saat menjalani proses pemeriksaan, Agus menjawab semua pertanyaan dengan lancar tanpa terkesan menutup-nutupi.
Kepada MD, Agus menuturkan sebelum kejadian ia diminta korban untuk mengantarkan ke warnet. Setelah ditunggu di parkiran sekitar setengah jam, korban kemudian mengajak main ke Pantai Pleret.
“Sesampainya di lokasi kami berbincang sebentar lalu bersetubuh. Setelah selesai, korban “minta” sekali lagi. Jadi kami bersetubuh sebanyak dua kali. Tak berselang lama, kami terlibat cekcok dan korban mengancam akan membeberkan kalau saya sudah menyetubuhinya. Karena takut, saya mencekiknya dengan ikat pinggang” terang Agus dengan lugu.
Agus yang hanya mengenyam pendidikan sampai di bangku SD itu menyangkal kalau korban adalah pacarnya. Sebab, Agus sudah punya pacar, yaitu Riyu (17) siswi kelas XI di salah satu SMA Kulonprogo.
Sementara itu, salah seorang teman korban yang tidak bersedia disebutkan namanya menceritakan bahwa pagi sebelum peristiwa tragis itu terjadi, korban sempat mengeluh kalau perasaanya tidak enak (gundah, red). Namun korban saat itu tidak bersedia menceritakan permasalahannya hingga akhirnya ditemukan tewas di pesisir Pantai Pleret wilayah Pedukuhan III Panjatan. (leo)

Pembunuh Siswi SMA N I Lendah Diringkus


Kulonprogo - Misteri pembunuhan siswi SMA N I Lendah, Fatma (16) warga Dukuh Diren Pandowan Galur yang ditemukan tewas di pesisir pantai Pleret wilayah Pedukuhan III Desa Pleret kecamatan Panjatan, Senin (22/3) sekitar pukul 17.00 telah terungkap. Pelakunya adalah pacar korban, Agus Suwito (17) warga Dusun Patuk RT 48 RW 24 Desa Tirtorahayu Kecamatan Galur.

Agus diringkus di rumahnya selang enam jam setelah mayat korban ditemukan. Adanya bekas cakaran di pergelangan tangan kanan Agus membuatnya tak bisa mengelak dari tuduhan. Kepada petugas, Agus mengaku sebelum dibunuh korban sempat disetubuhi hingga dua kali.

Kapolres Kulonprogo, AKBP Darmanto didampingi Kasatreskrim AKP Suhadi menjelaskan motif pembunuhan ini karena pelaku takut perbuatannya yang menyetubuhi korban akan dibeberkan.

“Korban dibunuh dengan dijerat lehernya menggunakan ikat pinggang. Selain menghabisi nyawa korban, Agus juga mengambil handphone korban yang dijual laku Rp.70.000. Atas perbuatannya, Agus bakal dijerat dengan pasal 338 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara” terang Kapolres.

AKP Suhadi menambahkan, korban kenal dengan Agus sekitar dua minggu lalu. Perkenalan yang berawal dari telepon nyasar Agus ke handphone korban itu berlanjut hingga berpacaran.

“Korban dan pelaku sebelumnya telah berkencan untuk main ke Pantai Pleret. Dengan Yamaha Force 1 nopol AB 2872 VC, korban menjemput pelaku di jalan Dusun Bugel. Selama dua minggu berpacaran, korban baru berkencan dengan pelaku sebanyak dua kali. Namun persetubuhan baru terjadi pada pertemuan ketiga yang berakhir tragis” imbuh Suhadi.

Hingga Selasa (23/3) jasad korban masih diotopsi di RS dr Sardjito Yogyakarta . Rencananya rekonstruksi pembunuhan akan digelar setelah korban dimakamkan. (leo)

Senin, 22 Maret 2010

Gadis Belia Diduga Korban Pembunuhan


Kulonprogo - Sesosok mayat perempuan yang diduga korban tindak kekerasan ditemukan di pesisir pantai Pleret wilayah Pedukuhan III Desa Pleret Kecamatan Panjatan, Senin (22/3) petang.

Mayat dengan rambut bergelombang dan kulit sawo matang itu diperkirakan berumur sekitar 16 tahun. Saat ditemukan mayat perempuan itu hanya mengenakan kaus merah, jaket coklat dan tak bercelana.

Pada lehernya terdapat bekas luka akibat jeratan ikat pinggang yang masih melilit. Tak jauh dari lokasi mayat, terdapat sebuah tas biru yang di dalamnya ada kartu ujian mid semester dengan nama Fatma (16) siswa SMA N 1 Lendah Kulonprogo.

Mayat pertama kali ditemukan oleh warga setempat, Ikhsan (35) yang kebetulan melewati daerah tersebut sepulang mencari rumput. Saat itu Ikhsan curiga melihat motor Yamaha Force-1 diparkir tanpa ada seorang pun di sekitarnya. Setelah didatangi, sekitar 30 meter di sebelah barat motor, saksi melihat mayat telentang di bawah pohon.

Penemuan itu selanjutnya dilaporkan ke Polsek Panjatan. Tak berselang lama, anggota Polsek Panjatan bersama dengan regu SPK Polres Kulonprogo, Tim SAR, dan tim medis puskesmas Panjatan segera merapat ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan dan proses identifikasi dengan keterangan dari para saksi.

Tim medis puskesmas Panjatan, dr. Susilaningsih mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, diduga kuat mayat perempuan tersebut adalah korban pembunuhan.

"Meski ditemukan dalam kondisi setengah telanjang, kami belum bisa memastikan apakah korban sempat diperkosa sebelum dibunuh. Sebab, tidak ditemukan bercak darah maupun sperma di kemaluan korban. Dilihat dari kondisi fisiknya, korban tewas belum ada 6 jam” terangnya.

Untuk proses pemeriksaan lebih lanjut, mayat perempuan itu dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta. (leo)