Senin, 07 Juni 2010

Pembangunan di Kulonprogo Terhambat Status PA Ground


Bupati Kulonprogo, Toyo S Dipo

Kulonprogo – Bupati Kulonprogo Toyo Santoso Dipo mempertanyakan keseriusan pihak Puro Pakualaman dalam mendukung kemajuan pembangunan di Kulonprogo. Pasalnya, laju pembangunan di Kulonprogo selama ini masih terhambat oleh sengketa pengaturan peruntukan tanah PA Ground, khususnya di wilayah pesisir selatan.

Hingga kini Pemkab Kulonprogo masih kebingungan untuk menentukan apakah status PA Ground masuk kategori tanah terlantar atau tidak. Sebab, PA Ground belum memiliki hak dari negara. Hak yang dimaksud seperti Hak Atas Tanah, baik Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan. Hal inilah yang menyebabkan para investor selalu mentok jika pembicaraan sudah menyangkut soal status tanah PA Ground.

“Belum lama ini kami sudah mengusulkan kepada tim inventarisir tanah dari Pakualaman agar pihak Pemkab turut dilibatkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa status PA Ground. Namun karena permintaan itu ditolak, hingga kini pemkab belum bisa bertindak lebih jauh” terang Toyo seusai membuka acara sosialisasi Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, di Gedung Binangun komplek Pemkab, Senin (7/6).

Sementara itu, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi DIY Sri Sesanti Atmiasih mengatakan terbitnya PP No.11 Tahun 2010 itu untuk mengoptimalkan peruntukan tanah negara. Mengenai status PA Ground yang belum memiliki hak dari negara, pihaknya akan segera mengeluarkan pernyataan resmi.

“Kepastian status PA Ground apakah termasuk tanah terlantar atau tidak akan segera diputuskan dalam minggu ini, agar sengketa PA Ground tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara Pemkab dengan tim inventarisir pihak Pakualaman” tegas Sri Sesanti. (leo)

Selasa, 18 Mei 2010

Slemania Ngamuk Di Kulonprogo


* Satu Bocah Buncur, Kaca Puskesmas Pecah, 5 Motor Rusak

Kulonprogo – Ratusan suporter pendukung kesebelasan PSS Sleman bertindak anarkis saat hendak menyaksikan pertandingan uji coba tim kesayangannya melawan Persikup Kulonprogo di Stadion Cangkring Wates, Selasa (18/5) sekitar pukul 15.30.

Peristiwa bermula saat rombongan suporter yang akrab disebut “Slemania” itu membleyer-bleyer gas motor di hadapan belasan pemuda yang sedang nongkrong di depan Puskesmas Pembantu Giripeni Wates. Diduga emosi para Slemania tersulut karena dari belasan pemuda tersebut beberapa di antaranya tampak mengenakan kostum Brajamusti (suporter PSIM Jogja yang diketahui sebagai musuh bebuyutan Slemania)

“Saat itu kami sempat mengingatkan agar mereka langsung lewat saja tanpa perlu bersikap arogan. Rombongan Slemania yang berada di depan kemudian melanjutkan perjalanan menuju stadion. Namun rombongan yang belakang justru mengumpat dan melempari kami dengan batu yang sudah mereka persiapkan” terang Iwan Yulianto (22) warga Giripeni Wates.

Tidak terima diserang, belasan pemuda Giripeni pun melancarkan serangan balasan. Namun karena kalah jumlah, mereka pun melarikan diri ke areal persawahan di belakang Puskesmas Pembantu dan SLB Wiyata Bhakti Giripeni Wates.

Akibatnya, Slemania melampiaskan emosi dengan meluluhlantakkan kaca-kaca Puskesmas tersebut dan merusak lima sepeda motor yang ditinggal kabur pemiliknya. Aksi anarkis yang berlangsung sekitar 15 menit itu juga melukai seorang bocah asal Giripeni Wates, Koko (16) yang bocor kepalanya tertimpuk batu.

Mengetahui adanya tawuran, warga sekitar pun bergegas melapor ke Polres Kulonprogo. Tak berselang lama, petugas berdatangan dan suporter Slemania langsung menuju ke stadion Cangkring yang jaraknya sekitar 200 meter dari lokasi kejadian.

Salah satu warga Giripeni yang enggan disebut namanya mengatakan peristiwa anarkis ini akibat kurang responsifnya petugas kepolisian dalam mengamankan gelaran pertandingan sepak bola yang besar kemungkinan menimbulkan tawuran antar suporter.

Sementara itu, Kasat Intel Polres Kulonprogo AKP Sutikno enggan berkomentar lebih jauh. “Saat ini juga kami akan usut siapa pelakunya” singkat Sutikno saat ditemui di lokasi. (leo)

Jumat, 14 Mei 2010

Dua Mahasiswa UGM Tewas Tenggelam




*Belajar Kelompok Berujung Petaka


Kulonprogo - Dua mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat (14/5) siang, tewas tenggelam di Sungai Kayangan Dusun Kepek, Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DIY.


Dua mahasiswa tersebut, yakni Nur Cholis (22) asal Batu, Lubuk Pakan, Deli Serdang Medan, Sumatra Utara dan Tatan Hadi Permana (20) asal Kampung Cihampang, Pasirhuni, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Kedua korban bersama tiga rekan kuliahnya, yakni Rizka (19), Lugkas (20), dan Anang (20) tiba di lokasi wisata Bendung Kayangan sekitar pukul 10.30. Kelima mahasiswa tersebut berangkat dari kampus UGM untuk belajar kelompok sekaligus berwisata.


Setelah memarkir motor tidak jauh dari lokasi, mereka bermain air di bebatuan yang biasa untuk menyebrang sungai. Karena terlanjur basah, Nur Choliz dan Tantan pun meneruskan mandi. Nahas, Nur Choliz yang tidak bisa berenang itu terseret arus menuju bagian sungai yang dalam.


“Mengetahui Nurcholiz tenggelam, Tantan pun langsung menolong. Namun tak berselang lama, Tantan juga ikut tenggelam. Sementara Lukas mencoba menolong keduanya, saya lari mencari pertolongan ke warga sekitar” terang Anang di lokasi.


Kedua jasad korban baru dapat diangkat ke permukaan setelah warga setempat melakukan pencarian selama setengah jam di sungai berkedalaman 3 meter tersebut. Selanjutnya warga melapor ke Polsek Girimulyo.


Tak berselang lama, petugas dan tim medis dari Puskesmas I Girimulyo merapat ke lokasi. Namun lambannya kedatangan mobil ambulans dari PMI membuat jasad kedua korban sempat terlantar sekitar 3 jam.


Histeris melihat adiknya menjadi tontonan warga, kakak perempuan Tantan mendesak petugas agar jasad keduanya segera dievakuasi. Terpaksa kedua korban dievakuasi ke RSUD Wates dengan mobil patroli SPK Polres Kulonprogo.(leo)

Minggu, 25 April 2010

Slash Solo Album

http://www.4shared.com/file/3gOKJy0e/slash_solo_album.html

Epitaph Records: Armstrong, Tim - A Poet's Life

A Poet's Life is the first solo album by Tim Armstrong (Rancid, Transplants, Operation Ivy), made in collaboration with Hellcat-signed reggae band The Aggrolites. It was released on May 22, 2007 (see 2007 in music) on Armstrong's own label, Hellcat Records.

  1. Wake Up - 3:52
  2. Hold On - 2:59
  3. Into Action (featuring Skye Sweetnam) - 3:39
  4. Translator - 4:11
  5. Take This City - 3:14
  6. Inner City Violence - 3:48
  7. Oh No - 3:07
  8. Lady Demeter - 2:24
  9. Among The Dead - 3:32
  10. Cold Blooded - 2:45

All Songs written by Tim Armstrong


http://www.4shared.com/file/vgOK_90B/Tim_Armstrong.html

Jumat, 23 April 2010

Acungan Jari Tengah Dalam Foto Remaja Indonesia





Di Inggris dan di negara belahan Barat lainnya, mengacungkan jari tengah (yang biasanya dibarengi dengan kata umpatan fuck!) dengan telapak menghadap ke muka dimaksudkan untuk menghina orang atau menantang berkelahi. Sedangkan di Jepang, mengacungkan jari tengah tangan kanan ke bawah dianggap sebagai tindakan provokasi dan penghinaan. Lalu, apakah arti acungan jari tengah di Indonesia?


Dari sekian banyak foto yang terpampang di situs jejaring sosial facebook, sering kita jumpai remaja Indonesia dengan bangganya memajang foto yang tengah berpose mengacungkan jari tengah. Entah apa maksudnya. Apakah mereka berniat menghina seseorang, menantang berkelahi, atau hanya sekedar “gagah-gagahan”?


Namun jika kita lihat pada contoh foto pertama (atas), apakah interpretasi jari tengah sebagaimana yang selama ini dipahami terwujudkan? Menghina seseorang? Jelas tidak. Dari tampangnya, remaja seperti ini pasti akan berpikir ribuan kali sebelum berani memutuskan untuk menghina seseorang. Apalagi menantang berkelahi.


Pilihan terakhir adalah sekedar “gagah-gagahan”. Namun sayang, meski sudah mengangkat jari tengahnya di hadapan lensa kamera, tetap saja kesan “angker” seperti yang ia harapkan tidak muncul juga.


Jauh berbeda dengan yang kita lihat pada foto kedua (bawah). Acungan jari tengah dari bocah yang mengenakan kaos kesebelasan Feyenoord (klub sepak bola Belanda yang berbasis di kota Rotterdam) ini tampak begitu garang. Terlebih dengan didukung ekspresi wajahnya. Hasil jepretan candid photography (subjek yang dipotret tidak dalam kondisi berpose atau ‘sadar’ kamera) ini sama sekali tak mengesankan “gagah-gagahan” untuk jari tengah mungil yang diacungkannya.


Tanya kenapa? Sebab, bocah ini memang dibesarkan dalam budaya yang benar-benar menggunakan acungan jari tengah sebagai simbol dari luapan emosi (flipping the bird). Bukan seperti remaja Indonesia yang hanya sekedar meniru tanpa maksud yang jelas.


Meski kita paham esensi acungan jari tengah, namun tetap saja kita tidak tumbuh di negara yang memiliki budaya “flipping the bird”. Jadi kenapa kita harus memaksakan diri untuk mengacungkan jari tengah? Walaupun kita mengacungkan jari tengah dan dipotret secara candid photography, kesan garang tetap tak dapat mengalahkan ekspresi emosi dari seorang bocah kebangsaan Belanda itu.


Tak ada niat penulis untuk melarang remaja Indonesia untuk mengacungkan jari tengah saat berpose di depan kamera. Toh, di Indonesia tidak ada sanksi moral bagi mereka yang mengacungkan jari tengah di sembarangan tempat. Sekedar saran, bagaimana kalau kita lebih mengeksplor gaya lain untuk menunjukkan ekspresi emosi atau kesan garang dalam seni fotografi? Kepalan tangan mungkin?

Waduk Sermo Haus Tumbal


Kulonprogo – Dalam sepekan waduk Sermo sudah memakan dua korban. Setelah digemparkan dengan tewasnya seorang pelajar asal Purworejo akibat terpeleset saat memancing, Rabu (14/4), warga setempat kembali dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan pada Jumat (16/4) pagi.

Perempuan tanpa identitas itu pertama kali diketahui oleh Sadiman (45) warga Sermo Tengah. Saksi yang tengah menyadap nira di pohon kelapa tepi Waduk Sermo melihat ada sesosok jenazah mengapung di waduk Semo bagian barat.

“Dari atas pohon kelapa saya melihat ada sesosok mayat yang terapung dalam posisi telungkup. Bersama dengan beberapa warga lain, saya menarik jenazah itu ke tepi. Selanjutnya, kami lapor ke Polsek Kokap” terang saksi.

Tak berselang lama, petugas dari Polsek Kokap, tim medis dari Puskesmas Kokap II, dan tim SAR Waduk Sermo segera merapat ke lokasi. Dari hasil pemeriksaan tim medis, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas penganiayaan di tubuh korban. Diduga kuat korban tewas akibat murni kecelakaan. Saat pertama kali ditemukan, perempuan berambut ikal sebahu itu mengenakan kaos berwarna biru kehitaman.

“Perempuan yang berusia sekitar 30 tahun ini diperkirakan tewas sudah lebih dari 24 jam. Karena tidak ada identitas dan warga sekitar mengaku tidak mengenalinya, maka jasad korban akan segera dikubur di pemakaman setempat” terang Perawat Puskesmas Kokap II Sugiyanto.

Salah seorang warga Sermo Tengah, Giyo (56) menolak jika Waduk Sermo dikatakan angker dan meminta tumbal.

“Tidak benar kalau waduk Sermo itu wingit. Para korban tewas di waduk Sermo itu akibat kurang hati-hati saja” tegasnya. (leo)


Pemkab Berbenah Demi Investor


Kulonprogo – Rumitnya birokrasi untuk menanamkan modal menjadi salah satu penghambat bagi masuknya investor ke Kulonprogo. Bila kondisi seperti ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan Kulonprogo akan ditinggalkan para pemilik modal untuk berinvestasi.

“Dibutuhkan pelayanan lebih ringkas lewat satu pintu. Selain itu, Kantor Penanaman Modal (KPM) juga harus menyediakan informasi yang lengkap dan detil sehingga memudahkan bagi para investor untuk menentukan pilihan di mana mereka akan menananmkan modal” terang Sekretaris Daerah (Sekda) Kulonprogo Budi Wibowo.

Untuk itu, Budi menambahkan, hibah berupa sistem informasi berbasis internet dari PT. SKALI (perusahaan teknologi informasi terbesar di Malaysia , red) untuk promosi investasi Kulonprogo akan menjadi proyek percontohan investasi di tingkat nasional. Hibah senilai Rp 100 juta itu dimaksudkan untuk lebih menarik minat investor yang akan menanamkan modalnya di Kulonprogo.

Selain hibah berupa sistem informasi, PT.SKALI juga akan memberikan sejumlah perangkat keras (hardware, red) sebagai pendukung layanan investasi Pemkab Kulonprogo.

“Penandatanganan kerjasama ini telah dilakukan oleh Bupati Kulonprogo Toyo S Dipo dan pimpinan PT SKALI Tengku Farikh saat lawatan ke Malaysia dan Korsel pekan lalu” imbuh Budi.

Menurut Kepala KPM Kulonprogo Subagya, hibah dari perusahaan dari Kuala Lumpur Malaysia itu adalah peluang baik untuk mendorong pertumbuhan iklim investasi di Kulonprogo.

Sejatinya Pemkab sudah menjajal bisnis melalui internet dengan membangun sistem pengadaan barang dan jasa online sejak 2009. Namun sayangnya sistem itu kurang optimal karena belum didukung perlengkapan teknologi informasi memadai. (leo)

Ombak Ganas Pantai Glagah Kembali Telan Korban


Kulonprogo – Besarnya ombak di Pantai Glagah kembali memakan korban. Kali ini korbannya adalah seorang siswa SMA 2 Wonosobo, Nur Hidayat (18). Korban dilaporkan terseret ombak dan tenggelam saat sedang bertamasya di pantai Glagah, tepatnya sebelah barat dermaga pelabuhan, kemarin.

Informasi korban terseret ombak diterima petugas SAR Pantai Glagah sekitar pukul 15.00.

“Mmenurut keterangan dari teman-temannya, semula korban tidur-tiduran di tepi pantai. Saatombak besar dating, korban pun bangkit. Namun bukannya berlari menjauh, korban justrumenyongsong ombak sehingga terseret arus hingga ke tengah” terang Sekretaris SAR Pantai Glagah, Samsudin.

Mendapat laporan adanya pengunjung yang hilang terseret ombak, tim SAR pun segera menerjunkan segenap personilnya untuk melakukan penyisiran di sepanjang pantai Glagah.

Mendapat laporan dari Tim SAR, pihak keluraga tak berselang lama segera menuju ke lokasi untuk turut melakukan penyisiran. Bahkan paman korban, Ari Widiyanto (45) bertahan di lokasi untuk menunggu sampai korban ditemukan meski harus
menginap di pantai

“Sebelumnya dia (korban, red) sempat mengatakan bahwa ia ingin bepergian jauh. Namun hendak pergi kemana kami tidak tahu. Ternyata, perkataannya yang sempat membuat khawatir itu adalah ucapan perpisahannya dengan kami” ungkap Ari dengan nada sedih.

Meski sangat terpukul oleh kabar hilangnya korban, Ayah dan ibunya, Sarwanto dan Sulastri juga turut datang ke lokasi.

“Nur yang semula tidak berniat ke pantai akhirnya luluh oleh ajakan teman-temannya untuk berlibur. Ia pun berangkat bersama rombongan temannya yang keseluruhan berjumlah 16 orang” terang kedua orangtua korban. (leo)


Belasan Penambang Liar Nekat Beroperasi Di Sungai Sepuri


Kulonprogo – Belasan penambang yang nekat beroperasi di sungai Sepuri Nanggulan terjaring operasi rutin yang digelar Sat Pol PP, kemarin. Tidak ada pekerjaan lain yang bias diandalkan untuk menghidupi keluarga membuat para penambang nekat meski Sungai Sepuri resmi dinyatakan tertutup untuk aktivitas pertambangan sejak Jumat (9/4) kemarin.

Menurut Kepala Seksi Pengendalian Operasi (Kasi Dal Ops) Sat Pol PP Kulonprogo Sukaryono, kegiatan pertambangan ilegal ini melanggar perda nomor 6 tahun 2002 dengan sanksi tiga bulan penjara atau denda Rp 5 juta.

“Namun bagi para penambang yang terjaring ini hanya diberi peringatan saja. Selain itu mereka juga kami himbau agar mengurus perijinannya. Jika ijin sudah memegang ijin, maka penambang nantinya akan mendapat daftar lokasi mana saja yang diperbolehkan untuk ditambang” terang Sukaryono.
Salah seorang penambang, Sugiyo (59) warga Tanjungharjo Nanggulan mengatakan dirinya bersama dengan penambang lain berpenghasilan rata-rata sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu setiap harinya dari hasil menambang material (pasir dan batu, red) di Sungai Sepuri.

“Sungguh kami tak paham kalau aktivitas pertambangan ini merusak lingkungan. Yang kami tahu, kami menambang untuk menafkahi keluarga. Sebab, sudah tidak ada pekerjaan lain lagi” paparnya.

Penambang lain, Adi Wiyono (40) menambahkan bahwa mereka tidak paham jika menambang harus menggurus perijinan.

“Kami sudah menambang di sini puluhan tahun lamanya. Memang selama ini kami
sering kejar-kejaran dengan petugas. Bahkan belum lama ini peralatan tambang milik kami disita petugas” ungkap Adi.
Menanggapi pengakuan dari para penambang, Sukaryono kembali menegaskan agar mereka segera mengajukan ijin ke Pemkab.

“Jadi tidak perlu ada kejar-kejaran lagi kalau para penambang sudah mengantongi ijin resmi” pungkas Sukaryono. (leo)

Perempuan "Besi" asal Panjatan


Kulonprogo – Tak pernah terbayangkan jika cangkul, sabit, dan peralatan pertanian lain yang dijual di pasar Wates sebagiannya adalah buah karya dari Mbok Minah. Meski usianya sudah hampir separuh abad, ibu dari empat orang anak ini masih setia menekuni profesinya sebagai tukang pande besi.

Saat ditemui di rumahnya di pedukuhan VII RT 25 RW 23 Gotakan Panjatan, Mbok Minah tengah sibuk menyelesaikan pesanan cangkul dari pelanggannya. Setelah besi yang dibakar di tungku telah membara, secara bergantian Mbok Minah dan suaminya, Tukijo (50) menempanya berkali-kali hingga pipih seperti bentuk yang diinginkan. Palu seberat 4 kg itu tampak mengayun ringan di genggaman tangan Mbok Minah yang kurus dan keriput.

“Dulu kami bisa menyelesaikan sekitar sepuluh perkakas setiap harinya. Karena kini banyak tukang pande besi bermunculan, omset kami pun berkurang. Sekarang kami hanya memande jika ada pesanan atau sekedar melayani reparasi” terang Mbok Minah yang mengaku sudah menjalani profesinya sebagai pemande besi selama 30 tahun.

Selain sepi order, usaha Mbok Minah ini juga terkendala pada mahalnya harga besi dan arang batok kelapa untuk bahan bakar tungkunya. Harga besi yang terus naik hingga kini 6 ribu per kilonya dan arang kelapa seharga 25 ribu per karung tak berimbang dengan murahnya nilai jual hasil karyanya.

“Harga murah saja sudah sepi order, bagaimana jadinya kalau dinaikkan. Yang penting cukup untuk makan sehari-hari. Untuk mencukupi kebutuhan lainnya, kami lebih mengandalkan dari hasil bertani” ujar Mbok Minah sambil sesekali menyeka peluh di wajahnya.

Namun demikian, Mbok Minah tetap meluangkan waktunya untuk memande untuk disetorkan ke pedagang di pasar Wates.

“Bagaimanapun juga, dari pande besi ini kami bisa mengentaskan empat anak yang kini semuanya telah berkeluarga” pungkas Mbok Minah yang baru akan “gantung pukul” jika memang fisiknya sudah tidak memungkinkan. (leo)

Rabu, 21 April 2010

Ritual Kepung Tandur Untuk Hasil Panen Yang Maksimal





Kulonprogo – Demi hasil panen melimpah, puluhan petani asal Desa Kanoman Kecamatan Panjatan rela berjemur di bawah terik matahari untuk menghadiri ritual Kepung Tandur, Kamis (15/4). Sejak pukul 13.00, warga berduyun-duyun ke sebuah rumah kecil di tengah areal persawahan sambil membawa ambeng (nasi yang diwadahi besek, red).


Sesampainya di lokasi, besek berisi nasi gurih dan beraneka lauk tradisional itu dikumpulkan jadi satu. Selanjutnya, dipimpin oleh sesepuh setempat, semua warga membaca tahlil yang diteruskan dengan doa bersama. Setelah selesai, ambeng kembali dibagikan kepada warga untuk dibawa pulang.


”Kepung Tandur yang diselenggarakan sekali dalam setahun ini bertujuan untuk berdoa bersama, memohon kepada Tuhan agar kelak hasil panen kami dapat melimpah dan sawah terbebas dari segala gangguan hama” terang sesepuh desa, Samsuri (70).


Kepala Bagian (Kabag) Umum Desa Kanoman, Tri Janta (55) menerangkan bahwa Kepung Tandur ini diperingati setiap musim tandur merkatak (usia padi sekitar dua bulan, red).


“Padi tak ubahnya dengan manusia. Sebelum lahir, bayi dalam kandungan juga biasa diselamati dengan upacara mitoni. Begitu pula dengan padi. Dengan diadakan selamatan sebelum masa panen, maka hasilnya diharapkan dapat memuaskan” jelas Tri Janta.


Ditambahkan Janta bahwa Kepung Tandur ini khusus menyambut masa jelang panen padi. Dalam setahun ada tiga kali masa tanam. Dua kali masa tanam padi dan sekali tanam polowijo (jagung dan kedelai). Sedangkan Kepung Tandur hanya dilaksanakan sekali yakni pada musim tanam padi kedua.


“Ritual rutin diadakan sejak saya masih kecil. Dulu lebih meriah lagi, karena malamnya diramaikan tanggapan petruk (wayang semalam suntuk, red)” tutur seorang warga Samirun (58) warga Dusun I Kanoman Panjatan.


Selain mengharap berkah, ritual yang diikuti sebagian besar warga dari enam pedukuhan Desa Kanoman ini juga bertujuan melestarikan budaya nenek moyang. Selain di Desa Kanoman Panjatan, acara serupa tampaknya juga masih dilestarikan di Dusun Mberan Desa Bugel Panjatan. (leo)

Kamis, 15 April 2010

Gitar Buatan Tangan Tetap Digemari



Kulonprogo - Di saat banyak pengusaha kerajinan yang jatuh terpuruk, perajin gitar asal Siwalan Sentolo ini masih terus melenggang. Dialah Iman Tajuid (65). Sejak tahun 1983, ayah dari tiga anak ini masih terus menekuni bakatnya dalam merakit gitar.

Meski dikerjakan secara manual dan hanya menggunakan peralatan sederhana, gitar buah karya Iman kualitasnya tidak kalah jika dibandingkan dengan gitar bikinan pabrik.

“Sejak pertama membuka usaha hingga sekarang, belum ada satupun pelanggan yang mengeluh atau datang untuk mengembalikan gitar karena rusak atau butuh direparasi” bangga Iman.

Saat ditemui di rumahnya, Iman tengah serius mengolah bahan dasar gitar yang terdiri dari kayu mahoni, sonokeling, dan lembaran triplek di sudut rumahnya yang ia sulap menjadi bengkel khusus.

Tangannya yang sudah berkeriput tampak masih lincah membuat pola gitar di atas selembar triplek. Setelah pola terbentuk, dengan cekatan Iman menggergajinya dan merakit menjadi satu bagian dengan alat pres sederhana.

“Ya beginilah proses pembuatannya. Setelah bagian depan dan belakang bodi gitar direkatkan, selanjutnya dijemur di terik matahari. Jika lemnya sudah merekat kuat, gitar dilepas dari alat pres kemudian masuk pada proses pengecatan” paparnya.

Satu gitar akustik karya Iman dibanderol dengan harga antara 250 ribu hingga 350 ribu, tergantung tingkat kerumitannya. Selain pesanan dari perorangan, Iman juga sering menerima pesanan borongan.

“Dulu pernah diborong dari Bengkulu dan Jakarta. Selain itu, beberapa sekolah dan kampus seni juga pernah memesan gitar di sini” imbuh Iman

Selain untuk produksi gitar, bengkel milik Iman juga menerima reparasi segala jenis gitar, baik gitar akustik maupun elektrik. Tarif yang ia pasang pun terbilang sangat murah, yakni sekitar 30 ribu hingga 75 ribu. Jika ada pesanan khusus, Iman juga sanggup mengerjakan softcase (wadah gitar). (leo)

Seekor Orangutan Ilegal Dari Sragen Diamankan



Kulonprogo - Sebagai salah satu jenis satwa liar yang paling dilindungi, orangutan ternyata masih banyak dipelihara masyarakat umum secara ilegal. Data dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah menunjukkan ada sekitar 150 orangutan yang masih dipelihara warga tanpa ijin.

Untuk itu BKSDA Jawa Tengah terus melakukan operasi untuk mengembalikan primata dengan tingkat kecerdasan paling tinggi ini ke habitatnya. Seekor orangutan berumur tujuh tahun berhasil disita petugas dari asrama mahasiswa di Sragen Jawa Tengah, kemarin. Orangutan bernama Lucky itu kini resmi menjadi penghuni baru di Pusat Penyelamatan Satwa Jogja (PPSJ) Pengasih Kulonprogo.

Saat pertama tiba di PPSJ, kondisinya Lucky tampak memprihatinkan. Selama dipelihara pemiliknya, Lucky ditempatkan dalam kandang yang tidak sesuai dengan ukuran badannya.

“Sungguh kasihan menyaksikan kondisi Lucky. Selain tidak bisa berjalan normal (tegak), Lucky juga tidak mampu bergerak lincah. Sebab, Lucky tumbuh dengan makanan yang salah. Selama dipelihara di asrama mahasiswa, Lucky hanya diberi makan nasi dan minum teh” terang salah seorang petugas di PPSJ.

Selain karena kandang yang tidak layak dan pola makan yang salah, kondisi Lucky semakin memprihatinkan karena sudah kebal dengan obat bius. Hal ini membuat petugas kewalahan saat hendak menangkap dan memindahkannya ke kandang lain.

Dewan Pembina Yayasan Konservasi Alam Jogja yang mengelola PPSJ, Willie Smith mengatakan, kesadaran masyarakat untuk menyerahkan orangutan untuk direhabilitasi masih rendah.

“ Ada sekitar 150 orangutan yang tersebar di wilayah Jawa Tengah yang tinggal menunggu kematian tanpa adanya regenerasi” terang Smith.

Sebagai pusat rehabilitasi orangutan seJawa Tengah dan DIY, Pemkab Kulonprogo bekerjasama dengan lembaga sosial dari Amerika, Orangutan Outreach, akan membangun kandang raksasa (dome) berdiameter 120 meter dan tinggi mencapai 60 meter dengan anggaran lebih dari 10 miliar. Rencananya, dome tersebut akan selesai dibangun pada 2011 mendatang. (leo)

--------------

RALAT: koreksi dari saudara Deny Purbana pada Rabu (15/9) malam menyatakan bahwa tulisan di atas tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Untuk itu, penulis telah melayangkan permohonan maaf terhadap pihak-pihak yang merasa dirugikan.

Sementara, penulis masih menunggu klarifikasi dari pihak yang bersangkutan. Penulis akan segera meralat tulisan ini dengan fakta yang sesungguhnya terjadi setelah klarifikasi tersebut dikirimkan. Sekali lagi, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih. (leo)

Diperlakukan Tidak Manusiawi, TKI ILegal Melarikan Diri



Kulonprogo – Tidak pernah digaji dan sering mendapat perlakukan buruk dari majikannya membuat seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang bekerja di Malaysia, Ngatini (23) warga Pedukuhan Nepi Brosot Galur nekat melarikan diri. Bersama empat orang temannya, Ngatini berhasil menjejakkan kaki di Indonesia setelah menumpang kapal nelayan dan turun di Riau, belum lama ini.


Ngatini tiba di Malaysia sejak September 2009 silam lewat jasa sebuah penyalur tenaga kerja di Gunungkidul. Sesampainya di Malaysia, Ngatini bekerja sebagai buruh di kilang emas Hoong Thye Gold di Penang. Baru beberepa hari bekerja Ngatini dan teman-temannya sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres.


“Kami juga tidak boleh menerima telepon dari keluarga di Indonesia . Untuk mengirim surat saja harus seijin majikan. Bahkan sepulang kerja, kami harus kembali kerumah majikan untuk bersih-bersih. Begitu terus setiap hari tanpa libur sama sekali” ungkap Ngatini dirumahnya kemarin.


Lebih parahnya, selama enam bulan bekerja di Malaysia Ngatini belum pernah menerima gaji sepeser pun. Padahal dalam perjanjian, kata Ngatini, disebutkan bahwa gaji sebesar 600 ringgit Malaysia akan dibayarkan setiap satu bulan sekali.


“Selain itu, paspor, visa kerja, dan handphone kami juga disita” kata Ngatini yang mengaku kapok tidak akan menjadi TKI ilegal lagi.


Mendengar kisah istrinya yang menyedihkan, suami Ngatini, Sungging (25), berniat menuntut pihak penyalur tenaga kerja yang mengirimkan istrinya ke Malaysia .


“Dalam kontrak kerja semula dijelaskan bahwa Ngatini akan kerja selama 2 tahun saja Tetapi dalam kontrak kerja tertulis selama 3 tahun. Penyalur tenaga kerjanya bernama Dwi Astuti” kata Sungging.


Meski sebenarnya kasus ini bukan kewenangan dinas, karena keberangkatannya ilegal, Kepala Dinas Sosial TenagaDinsosnakertrans Yurianti tetap bersedia memantau sejauh mana perkembangan masalah Ngatini sebagai wujud kepedulian moral. (leo)

Minggu, 11 April 2010

Rencana Nikah Kandas Oleh Dua Butir Timah Panas





Purworejo - Kematian tragis Briptu Iwan Eko Nugroho (25) yang akrab disapa Iwan menyisakan duka mendalam bagi sanak keluarga, rekan kerja, dan tetangganya. Ratusan pelayat tampak memadati rumah orangtua Briptu Iwan Eko Nugroho (25) di Jenar Lor RT 2 RW 2 Purwodadi Purworejo sejak pagi, Minggu (11/4).

Anak kedua dari pasangan Aiptu Wagiman dan Sri Tuskamti yang tercatat sebagai mahasiswa semester akhir di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang ini dikenal pendiam dan ramah oleh teman kuliahnya.

“Rencananya bulan depan Iwan akan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Magelang. Dia juga menargetkan kuliah S1nya akan selesai pada September 2010. Namun takdir berkata lain. Iwan terburu menghadap yang Maha Kuasa” terang Sri Tuskamti yang mulai tabah seusai mengikuti prosesi pemakaman militer anaknya.

Ayah Iwan, Aiptu Wagiman yang masih dinas di Polsek Grabag Purworejo mengatakan bahwa Iwan adalah anak yang bertipikal suka bekerja keras. Meski profesi sebagai polisi menyita banyak waktunya, namun bakat berwiraswastanya tetap tak luntur.
“Sejak kecil Iwan hobi berdagang. Kini ia sudah punya dua warung kecil-kecilan yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga. Meski belum menentukan tanggal kapan akan menikah, Iwan sudah matang mempersiapkan masa depannya sejak bertunangan dengan kekasihnya enam bulan silam” terang Wagiman.

Menjelang kematian Iwan, kekasihnya Agnes Lutfianingrum (22) warga Bubutan Purwodadi Purworejo mengaku sudah mendapat firasat sehari sebelumnya.

“Jumat siang Mas Iwan mampir ke rumah. Dia bilang “Aku capek. Aku mau tidur”. Malamnya Mas Iwan mengirim sms yang isinya meminta agar saya rajin belajar. Ia juga berpesan agar saya tetap tabah dan sabar. Ternyata itu sms terakhir dari Mas Iwan” kata Agnes yang tak henti-hentinya menangis saat menyaksikan jasad calon suaminya dimasukkan ke liang lahat.

Firasat yang sama juga dirasakan oleh sahabat-sahabat Iwan. Sejak dua minggu sebelum meninggal mereka merasakan Iwan banyak berubah.

“Yang jelas, teman-teman merasa kalau Iwan jadi semakin akrab. Sebelum meninggal, ia sempat menginap di rumah saya selama beberapa malam” terang Kristiantoro (26).

Rupanya Iwan juga merasa bahwa maut akan segera menjemputnya. Selain mengirim sms “perpisahan” pada kekasihnya, Iwan juga sempat mengupdate (memperbarui, red) statusnya dalam facebook dengan kalimat “kasian bangets ak liat mamaku” pada Jumat (9/4) dinihari. (leo)

Dua Polisi Korban Pembunuhan Dimakamkan





Purworejo - Setelah diotopsi di RS Bhayangkara Semarang, Sabtu (10/4), jenazah Briptu Wagino (50) dan Briptu Iwan Eko Nugroho (26) akhirnya dikuburkan pada Minggu (11/4) siang di dua tempat pemakaman umum (TPU) terpisah. Briptu Wagino warga Ambal Kebumen dimakamkan di TPU setempat. Sedangkan Briptu Iwan Eko Nugroho disemayamkan di TPU Jatimalang Purwodadi Purworejo.


Sebagaimana diberitakan sebelumnya, dua anggota Polsek Purwodadi Purworejo Jateng itu ditemukan tewas tertembak saat bertugas jaga di pos polisi Kentengrejo Jl.Deandless, perbatasan Purworejo-Kulonprogo, Sabtu dini hari.


Ditemui seusai menghadiri upacara pemakaman Briptu Iwan Eko Nugroho di rumah orang tua almarhum, Jenar Lor RT 2 RW 2 Purwodadi Purworejo, Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Alex Bambang Riatmodjo enggan memberikan keterangan mengenai motif pembunuhan kedua anggotanya.


“Dari tubuh masing-masing korban ditemukan dua peluru. Jadi totalnya ada empat kali tembakan. Mengenai motifnya masih dalam penyidikan intensif petugas” terang Kapolda. Mengenai jenis peluru dan dugaan sementara pelakunya, Alex Bambang enggan menjawab sambil terburu masuk ke mobilnya.


Penjelasan singkat Kapolda setidaknya menguatkan dugaan bahwa kedua korban tewas akibat dibunuh oleh orang lain. Pasalnya, sempat merebak kabar jika kedua korban tewas akibat saling tembak. Namun kabar tersebut langsung disanggah oleh beberapa saksi yang paham betul bahwa di antara kedua korban sudah terjalin ikatan layaknya saudara. “Nggak mungkin kalau mereka saling bunuh. Mereka sudah seperti saudara. Kemana-mana berdua” sanggah Sumindarti (40).


Sebelum melayat ke rumah duka kedua anggotanya, Kapolda beserta rombongan juga menyempatkan singgah di tempat kejadian perkara (TKP) di Pos Polisi Kentengrejo. Namun kedatangan tersebut bukan untuk melakukan olah TKP seperti kabar yang beredar kemarin. Penjagaan di TKP pun semakin ketat. Wartawan lagi-lagi dihalangi untuk meliput.


Saat ditemui di lokasi pemakaman, kedua orangtua Briptu Iwan Eko Nugroho hanya bisa berharap agar kasus pembunuhan yang menimpa anaknya dapat segera diusut tuntas.


“Kami percayakan sepenuhnya pada petugas agar pembunuh anak kami segera ditangkap dan dijatuhi hukuman setimpal” harap Aiptu Wagiman dan Sri Tuskamti yang dibenarkan oleh kedua adik kandung korban, Yesi Wahyu Nugroho (24) yang kini bertugas sebagai anggota TNI AL di Medan dan Ria Cahya Wulandari (20) yang akan mendaftar polwan di tahun ini. (leo)

Proyek KEK Bakal "Gusur" Sawah Petani



Kulonprogo – Tak dapat dipungkiri jika pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang kelautan dan perikanan di wilayah Temon bakal “menggusur” lahan sawah milik petani. Pasalnya, pembangunan KEK tersebut membutuhkan lahan seluas 500 hektar.

Wakil Bupati Kulonprogo Mulyono optimistis proyek KEK wilayah Temon akan disetujui tahun 2011. Sebab, pelabuhan Tanjung Adikarto di Pantai Glagah direncanakan sudah beroperasi di akhir tahun ini.

“Sejumlah investor dari Korea Selatan dan Eropa menyatakan tertarik untuk menanamkan modal di Kulonprogo. Untuk itu Pemkab Kulonprogo semakin serius berniat membangun sejumlah industri maritim di Temon. Antara lain seperti industri pembuatan kapal, pengolahan ikan, dan juga tepung ikan” terang Mulyono kemarin.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kulonprogo Budi Wibowo mengatakan bahwa pembangunan KEK lebih dipusatkan di sisi utara. Sedangkan untuk wilayah selatan tetap dikhususkan sebagai lokasi wisata.

“Pembangunan KEK tidak akan mengusik kawasan wisata. Justru sebaliknya, kami akan menertibkan kawasan laguna sekitar wilayah Glagah dari pendirian gedung-gedung permanen. Hal ini bertujuan untuk menjaga pemandangan pantai agar tetap asri” terang Budi.

Mengenai lahan sawah milik petani yang terancam tergusur, Sekda mengatakan Pemkab Kulonprogo telah menyiapkan ganti rugi.

“Bagi warga yang sawahnya tersentuh proyek pembangunan KEK akan diganti biayanya agar dapat bertani lagi di sawah baru wilayah lain. Bahkan kita sudah minta pada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk memperluas saluran irigasi untuk cetak sawah-sawah baru itu,” tambah Budi.

Budi menambahkan, Gubernur DIY Sri Sultan HB X telah menghimbau Pemkab Kulonprogo agar segera mempersiapkan langkah untuk merealisasikan KEK yang diprediksi mulai dirintis 2012. (leo)

Mendoakan Bahasyim?

Jumat malam sekitar pukul 21.45, Bahasyim ditahan di rumah tahanan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Saat ditanya wartawan yang sejak siang menunggunya, ia hanya berucap pendek, ”Mohon doanya saja.” (Kompas, Sabtu 10 April 2010).

Doa apa yang pantas dipanjatkan bagi tersangka kasus korupsi dan pencucian uang Rp 64 miliar hasil dari “menyelesaikan” masalah perpajakan seseorang? Yang pasti, tak seorang pun berharap didoakan agar dijebloskan ke penjara. Demikian juga dengan Bahasyim.

Lantas, haruskah kita mendoakan agar Bahasyim mendapat perlindungan dari Tuhan sekaligus agar selalu diberikan kekuatan dalam menghadapi “cobaan” yang kini sedang menimpanya? Ha3. Sungguh doa yang munafik.

Sabtu, 10 April 2010

Pemkab Tepis Anggapan Kunjungan ke Korsel Sekedar Nglencer


Kulonprogo – Tidak ingin lawatannya ke Korea Selatan dikatakan sekedar “ngelencer” menghabiskan uang rakyat, jajaran Pemkab Kulonprogo mengadakan pertemuan dengan wartawan, kemarin.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kulonprogo Budi Wibowo mengatakan bahwa kunjungan kerja Bupati Toyo S Dipo beserta rombongan sejak 28 Maret hingga 4 April kemarin bertujuan memastikan keseriusan negeri ginseng itu untuk berinvestasi di kawasan ekonomi khusus Temon.

“Jika rencana pendirian pabrik baja dengan sumber bijih besi di pesisir Kulonprogo terealisasi, Pemkab akan memfasilitasi koordinasi antara PT. Jogja Magasa Iron (PT JMI) dengan perusahaan Posco Steel (perusahaan Baja terbesar di Korea dan terbesar kedua di dunia)” terang Budi didampingi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Agus Langgeng Basuki.

Budi menambahkan, Pemkab juga telah melakukan kesepakatan untuk saling tukar informasi terkait rencana pengusaha Korsel Gijang Gun berinvestasi di Kulonprogo.

“Selain itu, Pemkab juga telah melakukan penandatanganan persetujuan kerjasama (Letter of Intent, red) dengan perusahaan Surimi Co. Ltd dan Fish Meal yang bergerak di bidang pembuatan tepung ikan, baik untuk manusia dan pakan ternak.” papar Budi.

Ditemui terpisah, Bupati Toyo S Dipo menepis anggapan bahwa kunjungannya ke Korsel untuk yang kesekian kalinya ini tidak membuahkan hasil konkret.

“Kunjungan balasan yang dilakukan pihak Korea ke Kulonprogo pada Juni 2009 silam bisa dikatakan sebagai hasil yang cukup menggembirakan. Setidaknya mereka telah menunjukkan keseriusan untuk berinvestasi di Kulonprogo dengan meninjau lokasi rencana pendirian pabrik” jelas Toyo.

Sementara Pemkab terus menggodog rencana penambangan pasir besi, di lain sisi, warga pesisir yang tergabung dalam Paguyuban Petani Lahan Pesisir (PPLP) Kulonprogo tetap bersikukuh menolak. Dalam perayaan ulangtahun PPLP yang keempat di Panjatan pada awal April kemarin, ketua PPLP Supriyadi menyatakan akan terus menolak pertambangan pasir besi demi kelestarian lingkungan wilayah pesisir dan masa depan anak cucu. (leo)

Dua Polisi Purworejo Tewas Ditembak


Purworejo – Dua anggota Polsek Purwodadi Purworejo Jateng, Bripka Wagino (35) dan Briptu Eko Iwan Nugroho (25) tewas ditembak saat bertugas jaga di pos polisi Kentengrejo Jl.Deandless, perbatasan Purworejo-Kulonprogo, Sabtu (10/4) dini hari. Hingga berita ini diturunkan, motif penembakan tersebut masih dalam penyelidikan petugas.


Kedua jasad korban pertama ditemukan oleh Kepala Pos Polisi Kentengrejo, Aiptu Indro sekitar pukul 08.45 berdasar laporan dari warga sekitar. Bripka Wagino ditemukan tergeletak di lantai bersimbah darah setelah timah panas menerjang punggung kanannya hingga tembus ke perut. Sedangkan Briptu Eko Iwan Nugroho ditemukan tewas di dalam kamar pos setelah peluru bersarang di kepala belakangnya. Kedua jasad korban kini telah dievakuasi ke RS Bhayangkara Semarang untuk diotopsi.


Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, pagi itu beberapa warga menemukan kejanggalan saat kebetulan melintas di depan pos polisi Kentengrejo. Pasalnya, tidak seperti biasanya pintu pos polisi Kentengrejo tertutup rapat di pagi hari sementara lampu di terasnya masih menyala.


“Kami sempat mengetuk pintu pos berkali-kali dan memanggil nama kedua petugas jaga tersebut yang sudah akrab dengan warga sekitar. Karena tidak ada jawaban dari dalam, kami pun segera menghubungi kepala pos polisi Kentengrejo Aiptu Indro” terang beberapa warga yang menyemut di lokasi.


Warga menambahkan, dini hari sekitar pukul 03.00 mereka mendengar ada suara tembakan. Namun suaranya sayup-sayup saja. Pasalnya jarak antara pos polisi dengan pemukiman warga lumayan jauh, yakni sekitar 1 km.


Mendapati kedua anggotanya tewas, Aiptu Indro langsung melapor ke Polres Purworejo. Tak lama kemudian, sejumlah petugas dari Purworejo merapat ke TKP dan memasang garis polisi di sekeliling pos polisi Kentengrejo. Belasan wartawan dari media cetak maupun elektonik dari Purworejo dan Kulonprogo yang hendak meliput peristiwa tersebut tidak diperkenankan masuk. Bahkan saat ditemui wartawan, Kapolres Purworejo AKBP Agus Krisdianto tidak bersedia memberikan keterangan pada wartawan.


Seorang saksi lain Sumindarti (40) mengatakan jauh hari sebelum tewas, Briptu Eko Iwan Nugroho pernah bercerita kalau dirinya pernah minta pada atasannya agar petugas jaga di pos polisi Kentengrejo ditambah.


“Iwan adalah teman akrab anak saya. Bahkan saya sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Dulu Iwan pernah bercerita kalau ia merasa keberatan jika bertugas jaga malam hari di pos Kentengrejo. Pasalnya, ia hanya berjaga berdua dengan Pak Wagino di wilayah yang angka kriminalitasnya terbilang cukup tinggi” terang Sumindarti dengan wajah sendu.


Kasus penembakan anggota polri belum lama ini juga terjadi di wilayah hukum Polres Kebumen Jateng. Seorang anggota Polsek Prembun Kebumen, Briptu Yona Anton Setiawan (29), tewas akibat kepalanya ditembak dua kali saat sedang piket pada Senin (15/3) pukul 01.00. Motif penembakan anggota polri di Kebumen tersebut juga belum diketahui hingga kini. (leo)

Kamis, 08 April 2010

Bendung Kayangan, Karya Cikal Bakal Dusun Kayangan



Kulonprogo - Tradisi tahunan Saparan Rebo Pungkasan di Bendung Kayangan Dukuh Turus Pendoworejo Girimulyo merupakan tradisi turun-temurun yang hingga sekarang masih terus dilakukan warga setempat. Tradisi itu untuk mengenang dan menghargai jasa Mbah Bei Kayangan. Oleh warga, Mbah Bei Kayangan dipercaya sebagai cikal bakal Dusun Kayangan. Konon, Mbah Bei Kayangan adalah abdi dalem Prabu Brawijaya yang melarikan diri dari Majapahit bersama dua pengikutnya, Kyai Diro dan Kyai Somaita.

Dalam pelariannya Mbah Bei Kayangan memutuskan untuk istirahat sejenak sekaligus bertapa di pertemuan Sungai Ngiwa dan Sungai Gunturan yang kini masuk wilayah Pendoworejo Girimulyo. Dari pertapaannya Mbah Bei Kayangan mendapat wangsit agar membuka lahan sebagai pemukiman, area persawahan dan ladang.

Untuk memenuhi kebutuhan pasokan air, terutama saat tiba musim kemarau, Mbah Bei berinisiatif untuk membuat bendungan secara manual. Setelah Mbah Bei meninggal, bendungan itu diberi nama Bendung Kayangan. Dinamakan Bendung Kayangan karena di bagian hulu bendungan terdapat sebuah tebing yang salah satu sisinya berdiri tegak lurus dan dinamakan Tebing Kayangan.

Hasil kerja keras Mbah Bei Kayangan yang membendung pertemuan dua sungai yang berhulu di Gua Kiskendo dan daerah Purworejo itu hingga kini membawa manfaat besar bagi kesuburan tanah di sekitar bendungan. Untuk mengenang jasa Mbah Bei Kayangan, setiap tahun diadakan Tradisi Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan Bendung Kayangan.

Upacara tradisi Kembul Sewu Dulur Saparan Rebo Pungkasan biasa diawali dengan arak-arakan sesaji dan kenduri yang kemudian disusul oleh iring-iringan kelompok kesenian, tamu undangan, dan masyarakat umum.

Sesampainya di pinggir sungai lokasi bendungan, arak-arakan kelompok kesenian itu unjuk gigi di hadapan para tamu dan masyarakat umum. Kesenian yang dipentaskan adalah kuda lumping atau jathilan. Usai digunakan berpentas kuda-kuda lumping itu dimandikan di bendungan. Ritual memandikan kuda lumping ini menggambarkan aktivitas Mbah Bei Kayangan yang berpofesi sebagai pawang kuda Prabu Brawijaya. Selain itu, ritual juga diyakini akan mendatangkan pelarisan bagi kelompok kuda lumping.

Setelah ritual memandikan kuda lumping selesai, acara dilanjutkan dengan kenduri Saparan. Berbagai menu tradisional yang sudah tertata rapi di pinggir bendungan dibagikan pada seluruh pengunjung setelah didoakan pemangku adat setempat. Di samping menunjukkan kebersamaan, Kembul Sewu Dulur juga sebagai simbol dari rasa syukur warga kepada Tuhan yang telah memberikan kemakmuran.

Menurut pemangku adat, Sri Mulyono (60) kenduri Saparan Rabu Pungkasan memiliki keunikan. Pasalnya, selain menyajikan hidangan khas rakyat seperti nasi liwet, ingkung ayam, dan sayur gudangan, juga tersedia dua menu yang tidak bakal dijumpai di hari-hari biasa. Dua menu tersebut yakni bothok lele dan panggang mas (telur ceplok tanpa garam).

"Bothok Lele dan Panggang Emas adalah hidangan yang wajib ada dalam kenduri Saparan ini. Menariknya, dua buah jenis lauk tersebut tidak dibumbui dengan gula maupun garam sehingga terasa tawar. Kedua hidangan itu adalah menu favorit Mbah Bei Kayangan semasa hidupnya. Warga khusus memasak dua hidangan itu hanya untuk acara spesial saja" tutur Mulyono.

Mulyono menambahkan, pelaksanaan upacara tradisi ini dilaksanakan dengan skala besar baru pada 2006. Sebelumnya acara Rabu Pungkasan dilaksanakan dengan hanya dengan kenduri di rumah kadus. Sadar bahwa manfaat Bendung Kayangan tidak hanya dirasakan oleh warga Pendoworejo, timbullah inisiatif untuk membuat acara merti bendungan dengan melibatkan banyak dusun. Ada sekitar 12 dusun yang dilibatkan dengan harapan dapat lebih menyatukan dan memberi rasa kebersamaan. (leo)

Rabu, 07 April 2010

Pro Duta FC Incar Kulonprogo


Kulonprogo – Kalah pamor dengan PSS Sleman dalam meraih hati suporter, Pro Duta FC yang bermarkas di Maguwoharjo Sleman sejak akhir 2009 berniat hengkang. Klub sepak bola yang akrab disapa Kuda Keraton milik pengusaha kelapa sawit asal Medan Sihar Sitorus itu kini mengincar Kulonprogo sebagai home base berikutnya.


Untuk itu, perwakilan Pro Duta FC yang dipimpin oleh manager tekniknya Vivi Hendri dan didampingi pengurus PSSI Kulonprogo bertemu dengan Wakil Bupati Kulonprogo Mulyono di kantornya, Rabu (7/4) siang.

Rencana menjajagi Kulonprogo sebagai home base oleh klub yang turut berlaga dalam Kompetisi Divisi Utama 2009/2010 ini disambut baik Pemkab Kulonprogo. Pasalnya, selain dikelola independen tanpa bantuan dana APBD, Pro Duta FC juga berjanji akan membantu Pemkab dalam percepatan pembangunan stadion Cangkring Wates.


“Untuk percepatan pembangunan Stadion Cangkring dari APBD hanya dianggarkan untuk menyelesaikan pembangunan benteng stadion. Jika nanti tercapai kesepakatan, berbagai fasilitas stadion seperti toilet, ruang ganti, tribun dan lain sebagainya bakal didanai oleh Pro Duta FC” terang Wabup Mulyono.


Disamping itu, kata Vivi Hendri, Pro Duta FC juga bakal melirik para pemain muda lokal Kulonprogo yang potensial untuk dididik dan ditarik sebagai pemain inti.


“Jika rencana kerjasama dengan Pemkab Kulonprogo terwujud, selain akan menggaet pemain lokal, Pro Duta FC kelak juga mendirikan sekolah sepak bola guna mencari bibit-bibit muda dari Kulonprogo. Tidak menutup kemungkinan nama Pro Duta FC kedepan berubah menjadi Pro Duta Kulonprogo FC” imbuh Vivi.


Dengan beberapa keuntungan yang ditawarkan pada masyarakat Kulonprogo, diharapkan pecinta bola di Kulonprogo bakal jatuh hati dan mendukung Pro Duta FC dalam setiap laganya. (leo)