Edi Tri Susilo menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Wates setelah mendapat perawatan medis selama dua hari. Menurut Kepala bidang pelayanan RSUD Wates dr Witarto, korban sudah masuk kategori parah saat pertama kali dibawa ke RSUD.
“Kondisi korban saat masuk sudah dalam kategori DSS (Dengue Shock Syndrome). Penderita DBD yang dinyatakan dalam kategori DSS sulit untuk disembuhkan” terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan dr Lestaryono membenarkan adanya penderita DBD yang meninggal di RSUD Wates. Setelah mendapat laporan, pihak dinkes langsung melakukan penyelidikan epidemologi (PE).
Menurut Lestaryono, kasus DBD puncaknya terjadi pada Desember 2009 silam. Untuk 2010 ini sebenarnya sudah mengalami penurunan. Meski demikian, temuan semacam ini diperkirakan akan terjadi hingga April.
“Sepuluh kecamatan di Kulonprogo dinyatakan sebagai daerah endemis DBD. Kasus terbanyak terjadi di Pengasih dan Kalibawang dengan masing-masing 15 penderita. Disusul kecamatan Girimulyo, Sentolo dan Wates dengan 10 penderita. Sedangkan di Kecamatan Galur dan Kalibawang hanya ada beberapa kasus, karena dua kecamatan ini bukan daerah endemis” jelasnya.
Lestaryono menambahkan, satu upaya pencegahan DBD paling ampuh ialah dengan gerakan PSN (Pemberantasan sarang nyamuk). Sebab, fogging hanya akan memutus mata rantai nyamuk Aides Aigepty, bukan membasmi secara keseluruhan. (leo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar