Senin, 07 Juni 2010

Pembangunan di Kulonprogo Terhambat Status PA Ground


Bupati Kulonprogo, Toyo S Dipo

Kulonprogo – Bupati Kulonprogo Toyo Santoso Dipo mempertanyakan keseriusan pihak Puro Pakualaman dalam mendukung kemajuan pembangunan di Kulonprogo. Pasalnya, laju pembangunan di Kulonprogo selama ini masih terhambat oleh sengketa pengaturan peruntukan tanah PA Ground, khususnya di wilayah pesisir selatan.

Hingga kini Pemkab Kulonprogo masih kebingungan untuk menentukan apakah status PA Ground masuk kategori tanah terlantar atau tidak. Sebab, PA Ground belum memiliki hak dari negara. Hak yang dimaksud seperti Hak Atas Tanah, baik Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan. Hal inilah yang menyebabkan para investor selalu mentok jika pembicaraan sudah menyangkut soal status tanah PA Ground.

“Belum lama ini kami sudah mengusulkan kepada tim inventarisir tanah dari Pakualaman agar pihak Pemkab turut dilibatkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa status PA Ground. Namun karena permintaan itu ditolak, hingga kini pemkab belum bisa bertindak lebih jauh” terang Toyo seusai membuka acara sosialisasi Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, di Gedung Binangun komplek Pemkab, Senin (7/6).

Sementara itu, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi DIY Sri Sesanti Atmiasih mengatakan terbitnya PP No.11 Tahun 2010 itu untuk mengoptimalkan peruntukan tanah negara. Mengenai status PA Ground yang belum memiliki hak dari negara, pihaknya akan segera mengeluarkan pernyataan resmi.

“Kepastian status PA Ground apakah termasuk tanah terlantar atau tidak akan segera diputuskan dalam minggu ini, agar sengketa PA Ground tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara Pemkab dengan tim inventarisir pihak Pakualaman” tegas Sri Sesanti. (leo)

Selasa, 18 Mei 2010

Slemania Ngamuk Di Kulonprogo


* Satu Bocah Buncur, Kaca Puskesmas Pecah, 5 Motor Rusak

Kulonprogo – Ratusan suporter pendukung kesebelasan PSS Sleman bertindak anarkis saat hendak menyaksikan pertandingan uji coba tim kesayangannya melawan Persikup Kulonprogo di Stadion Cangkring Wates, Selasa (18/5) sekitar pukul 15.30.

Peristiwa bermula saat rombongan suporter yang akrab disebut “Slemania” itu membleyer-bleyer gas motor di hadapan belasan pemuda yang sedang nongkrong di depan Puskesmas Pembantu Giripeni Wates. Diduga emosi para Slemania tersulut karena dari belasan pemuda tersebut beberapa di antaranya tampak mengenakan kostum Brajamusti (suporter PSIM Jogja yang diketahui sebagai musuh bebuyutan Slemania)

“Saat itu kami sempat mengingatkan agar mereka langsung lewat saja tanpa perlu bersikap arogan. Rombongan Slemania yang berada di depan kemudian melanjutkan perjalanan menuju stadion. Namun rombongan yang belakang justru mengumpat dan melempari kami dengan batu yang sudah mereka persiapkan” terang Iwan Yulianto (22) warga Giripeni Wates.

Tidak terima diserang, belasan pemuda Giripeni pun melancarkan serangan balasan. Namun karena kalah jumlah, mereka pun melarikan diri ke areal persawahan di belakang Puskesmas Pembantu dan SLB Wiyata Bhakti Giripeni Wates.

Akibatnya, Slemania melampiaskan emosi dengan meluluhlantakkan kaca-kaca Puskesmas tersebut dan merusak lima sepeda motor yang ditinggal kabur pemiliknya. Aksi anarkis yang berlangsung sekitar 15 menit itu juga melukai seorang bocah asal Giripeni Wates, Koko (16) yang bocor kepalanya tertimpuk batu.

Mengetahui adanya tawuran, warga sekitar pun bergegas melapor ke Polres Kulonprogo. Tak berselang lama, petugas berdatangan dan suporter Slemania langsung menuju ke stadion Cangkring yang jaraknya sekitar 200 meter dari lokasi kejadian.

Salah satu warga Giripeni yang enggan disebut namanya mengatakan peristiwa anarkis ini akibat kurang responsifnya petugas kepolisian dalam mengamankan gelaran pertandingan sepak bola yang besar kemungkinan menimbulkan tawuran antar suporter.

Sementara itu, Kasat Intel Polres Kulonprogo AKP Sutikno enggan berkomentar lebih jauh. “Saat ini juga kami akan usut siapa pelakunya” singkat Sutikno saat ditemui di lokasi. (leo)

Jumat, 14 Mei 2010

Dua Mahasiswa UGM Tewas Tenggelam




*Belajar Kelompok Berujung Petaka


Kulonprogo - Dua mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat (14/5) siang, tewas tenggelam di Sungai Kayangan Dusun Kepek, Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DIY.


Dua mahasiswa tersebut, yakni Nur Cholis (22) asal Batu, Lubuk Pakan, Deli Serdang Medan, Sumatra Utara dan Tatan Hadi Permana (20) asal Kampung Cihampang, Pasirhuni, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.


Kedua korban bersama tiga rekan kuliahnya, yakni Rizka (19), Lugkas (20), dan Anang (20) tiba di lokasi wisata Bendung Kayangan sekitar pukul 10.30. Kelima mahasiswa tersebut berangkat dari kampus UGM untuk belajar kelompok sekaligus berwisata.


Setelah memarkir motor tidak jauh dari lokasi, mereka bermain air di bebatuan yang biasa untuk menyebrang sungai. Karena terlanjur basah, Nur Choliz dan Tantan pun meneruskan mandi. Nahas, Nur Choliz yang tidak bisa berenang itu terseret arus menuju bagian sungai yang dalam.


“Mengetahui Nurcholiz tenggelam, Tantan pun langsung menolong. Namun tak berselang lama, Tantan juga ikut tenggelam. Sementara Lukas mencoba menolong keduanya, saya lari mencari pertolongan ke warga sekitar” terang Anang di lokasi.


Kedua jasad korban baru dapat diangkat ke permukaan setelah warga setempat melakukan pencarian selama setengah jam di sungai berkedalaman 3 meter tersebut. Selanjutnya warga melapor ke Polsek Girimulyo.


Tak berselang lama, petugas dan tim medis dari Puskesmas I Girimulyo merapat ke lokasi. Namun lambannya kedatangan mobil ambulans dari PMI membuat jasad kedua korban sempat terlantar sekitar 3 jam.


Histeris melihat adiknya menjadi tontonan warga, kakak perempuan Tantan mendesak petugas agar jasad keduanya segera dievakuasi. Terpaksa kedua korban dievakuasi ke RSUD Wates dengan mobil patroli SPK Polres Kulonprogo.(leo)

Minggu, 25 April 2010

Slash Solo Album

http://www.4shared.com/file/3gOKJy0e/slash_solo_album.html

Epitaph Records: Armstrong, Tim - A Poet's Life

A Poet's Life is the first solo album by Tim Armstrong (Rancid, Transplants, Operation Ivy), made in collaboration with Hellcat-signed reggae band The Aggrolites. It was released on May 22, 2007 (see 2007 in music) on Armstrong's own label, Hellcat Records.

  1. Wake Up - 3:52
  2. Hold On - 2:59
  3. Into Action (featuring Skye Sweetnam) - 3:39
  4. Translator - 4:11
  5. Take This City - 3:14
  6. Inner City Violence - 3:48
  7. Oh No - 3:07
  8. Lady Demeter - 2:24
  9. Among The Dead - 3:32
  10. Cold Blooded - 2:45

All Songs written by Tim Armstrong


http://www.4shared.com/file/vgOK_90B/Tim_Armstrong.html

Jumat, 23 April 2010

Acungan Jari Tengah Dalam Foto Remaja Indonesia





Di Inggris dan di negara belahan Barat lainnya, mengacungkan jari tengah (yang biasanya dibarengi dengan kata umpatan fuck!) dengan telapak menghadap ke muka dimaksudkan untuk menghina orang atau menantang berkelahi. Sedangkan di Jepang, mengacungkan jari tengah tangan kanan ke bawah dianggap sebagai tindakan provokasi dan penghinaan. Lalu, apakah arti acungan jari tengah di Indonesia?


Dari sekian banyak foto yang terpampang di situs jejaring sosial facebook, sering kita jumpai remaja Indonesia dengan bangganya memajang foto yang tengah berpose mengacungkan jari tengah. Entah apa maksudnya. Apakah mereka berniat menghina seseorang, menantang berkelahi, atau hanya sekedar “gagah-gagahan”?


Namun jika kita lihat pada contoh foto pertama (atas), apakah interpretasi jari tengah sebagaimana yang selama ini dipahami terwujudkan? Menghina seseorang? Jelas tidak. Dari tampangnya, remaja seperti ini pasti akan berpikir ribuan kali sebelum berani memutuskan untuk menghina seseorang. Apalagi menantang berkelahi.


Pilihan terakhir adalah sekedar “gagah-gagahan”. Namun sayang, meski sudah mengangkat jari tengahnya di hadapan lensa kamera, tetap saja kesan “angker” seperti yang ia harapkan tidak muncul juga.


Jauh berbeda dengan yang kita lihat pada foto kedua (bawah). Acungan jari tengah dari bocah yang mengenakan kaos kesebelasan Feyenoord (klub sepak bola Belanda yang berbasis di kota Rotterdam) ini tampak begitu garang. Terlebih dengan didukung ekspresi wajahnya. Hasil jepretan candid photography (subjek yang dipotret tidak dalam kondisi berpose atau ‘sadar’ kamera) ini sama sekali tak mengesankan “gagah-gagahan” untuk jari tengah mungil yang diacungkannya.


Tanya kenapa? Sebab, bocah ini memang dibesarkan dalam budaya yang benar-benar menggunakan acungan jari tengah sebagai simbol dari luapan emosi (flipping the bird). Bukan seperti remaja Indonesia yang hanya sekedar meniru tanpa maksud yang jelas.


Meski kita paham esensi acungan jari tengah, namun tetap saja kita tidak tumbuh di negara yang memiliki budaya “flipping the bird”. Jadi kenapa kita harus memaksakan diri untuk mengacungkan jari tengah? Walaupun kita mengacungkan jari tengah dan dipotret secara candid photography, kesan garang tetap tak dapat mengalahkan ekspresi emosi dari seorang bocah kebangsaan Belanda itu.


Tak ada niat penulis untuk melarang remaja Indonesia untuk mengacungkan jari tengah saat berpose di depan kamera. Toh, di Indonesia tidak ada sanksi moral bagi mereka yang mengacungkan jari tengah di sembarangan tempat. Sekedar saran, bagaimana kalau kita lebih mengeksplor gaya lain untuk menunjukkan ekspresi emosi atau kesan garang dalam seni fotografi? Kepalan tangan mungkin?

Waduk Sermo Haus Tumbal


Kulonprogo – Dalam sepekan waduk Sermo sudah memakan dua korban. Setelah digemparkan dengan tewasnya seorang pelajar asal Purworejo akibat terpeleset saat memancing, Rabu (14/4), warga setempat kembali dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan pada Jumat (16/4) pagi.

Perempuan tanpa identitas itu pertama kali diketahui oleh Sadiman (45) warga Sermo Tengah. Saksi yang tengah menyadap nira di pohon kelapa tepi Waduk Sermo melihat ada sesosok jenazah mengapung di waduk Semo bagian barat.

“Dari atas pohon kelapa saya melihat ada sesosok mayat yang terapung dalam posisi telungkup. Bersama dengan beberapa warga lain, saya menarik jenazah itu ke tepi. Selanjutnya, kami lapor ke Polsek Kokap” terang saksi.

Tak berselang lama, petugas dari Polsek Kokap, tim medis dari Puskesmas Kokap II, dan tim SAR Waduk Sermo segera merapat ke lokasi. Dari hasil pemeriksaan tim medis, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas penganiayaan di tubuh korban. Diduga kuat korban tewas akibat murni kecelakaan. Saat pertama kali ditemukan, perempuan berambut ikal sebahu itu mengenakan kaos berwarna biru kehitaman.

“Perempuan yang berusia sekitar 30 tahun ini diperkirakan tewas sudah lebih dari 24 jam. Karena tidak ada identitas dan warga sekitar mengaku tidak mengenalinya, maka jasad korban akan segera dikubur di pemakaman setempat” terang Perawat Puskesmas Kokap II Sugiyanto.

Salah seorang warga Sermo Tengah, Giyo (56) menolak jika Waduk Sermo dikatakan angker dan meminta tumbal.

“Tidak benar kalau waduk Sermo itu wingit. Para korban tewas di waduk Sermo itu akibat kurang hati-hati saja” tegasnya. (leo)