Jumat, 23 April 2010

Acungan Jari Tengah Dalam Foto Remaja Indonesia





Di Inggris dan di negara belahan Barat lainnya, mengacungkan jari tengah (yang biasanya dibarengi dengan kata umpatan fuck!) dengan telapak menghadap ke muka dimaksudkan untuk menghina orang atau menantang berkelahi. Sedangkan di Jepang, mengacungkan jari tengah tangan kanan ke bawah dianggap sebagai tindakan provokasi dan penghinaan. Lalu, apakah arti acungan jari tengah di Indonesia?


Dari sekian banyak foto yang terpampang di situs jejaring sosial facebook, sering kita jumpai remaja Indonesia dengan bangganya memajang foto yang tengah berpose mengacungkan jari tengah. Entah apa maksudnya. Apakah mereka berniat menghina seseorang, menantang berkelahi, atau hanya sekedar “gagah-gagahan”?


Namun jika kita lihat pada contoh foto pertama (atas), apakah interpretasi jari tengah sebagaimana yang selama ini dipahami terwujudkan? Menghina seseorang? Jelas tidak. Dari tampangnya, remaja seperti ini pasti akan berpikir ribuan kali sebelum berani memutuskan untuk menghina seseorang. Apalagi menantang berkelahi.


Pilihan terakhir adalah sekedar “gagah-gagahan”. Namun sayang, meski sudah mengangkat jari tengahnya di hadapan lensa kamera, tetap saja kesan “angker” seperti yang ia harapkan tidak muncul juga.


Jauh berbeda dengan yang kita lihat pada foto kedua (bawah). Acungan jari tengah dari bocah yang mengenakan kaos kesebelasan Feyenoord (klub sepak bola Belanda yang berbasis di kota Rotterdam) ini tampak begitu garang. Terlebih dengan didukung ekspresi wajahnya. Hasil jepretan candid photography (subjek yang dipotret tidak dalam kondisi berpose atau ‘sadar’ kamera) ini sama sekali tak mengesankan “gagah-gagahan” untuk jari tengah mungil yang diacungkannya.


Tanya kenapa? Sebab, bocah ini memang dibesarkan dalam budaya yang benar-benar menggunakan acungan jari tengah sebagai simbol dari luapan emosi (flipping the bird). Bukan seperti remaja Indonesia yang hanya sekedar meniru tanpa maksud yang jelas.


Meski kita paham esensi acungan jari tengah, namun tetap saja kita tidak tumbuh di negara yang memiliki budaya “flipping the bird”. Jadi kenapa kita harus memaksakan diri untuk mengacungkan jari tengah? Walaupun kita mengacungkan jari tengah dan dipotret secara candid photography, kesan garang tetap tak dapat mengalahkan ekspresi emosi dari seorang bocah kebangsaan Belanda itu.


Tak ada niat penulis untuk melarang remaja Indonesia untuk mengacungkan jari tengah saat berpose di depan kamera. Toh, di Indonesia tidak ada sanksi moral bagi mereka yang mengacungkan jari tengah di sembarangan tempat. Sekedar saran, bagaimana kalau kita lebih mengeksplor gaya lain untuk menunjukkan ekspresi emosi atau kesan garang dalam seni fotografi? Kepalan tangan mungkin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar