Rabu, 21 April 2010

Ritual Kepung Tandur Untuk Hasil Panen Yang Maksimal





Kulonprogo – Demi hasil panen melimpah, puluhan petani asal Desa Kanoman Kecamatan Panjatan rela berjemur di bawah terik matahari untuk menghadiri ritual Kepung Tandur, Kamis (15/4). Sejak pukul 13.00, warga berduyun-duyun ke sebuah rumah kecil di tengah areal persawahan sambil membawa ambeng (nasi yang diwadahi besek, red).


Sesampainya di lokasi, besek berisi nasi gurih dan beraneka lauk tradisional itu dikumpulkan jadi satu. Selanjutnya, dipimpin oleh sesepuh setempat, semua warga membaca tahlil yang diteruskan dengan doa bersama. Setelah selesai, ambeng kembali dibagikan kepada warga untuk dibawa pulang.


”Kepung Tandur yang diselenggarakan sekali dalam setahun ini bertujuan untuk berdoa bersama, memohon kepada Tuhan agar kelak hasil panen kami dapat melimpah dan sawah terbebas dari segala gangguan hama” terang sesepuh desa, Samsuri (70).


Kepala Bagian (Kabag) Umum Desa Kanoman, Tri Janta (55) menerangkan bahwa Kepung Tandur ini diperingati setiap musim tandur merkatak (usia padi sekitar dua bulan, red).


“Padi tak ubahnya dengan manusia. Sebelum lahir, bayi dalam kandungan juga biasa diselamati dengan upacara mitoni. Begitu pula dengan padi. Dengan diadakan selamatan sebelum masa panen, maka hasilnya diharapkan dapat memuaskan” jelas Tri Janta.


Ditambahkan Janta bahwa Kepung Tandur ini khusus menyambut masa jelang panen padi. Dalam setahun ada tiga kali masa tanam. Dua kali masa tanam padi dan sekali tanam polowijo (jagung dan kedelai). Sedangkan Kepung Tandur hanya dilaksanakan sekali yakni pada musim tanam padi kedua.


“Ritual rutin diadakan sejak saya masih kecil. Dulu lebih meriah lagi, karena malamnya diramaikan tanggapan petruk (wayang semalam suntuk, red)” tutur seorang warga Samirun (58) warga Dusun I Kanoman Panjatan.


Selain mengharap berkah, ritual yang diikuti sebagian besar warga dari enam pedukuhan Desa Kanoman ini juga bertujuan melestarikan budaya nenek moyang. Selain di Desa Kanoman Panjatan, acara serupa tampaknya juga masih dilestarikan di Dusun Mberan Desa Bugel Panjatan. (leo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar